Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Kepemimpinan dari Salat Berjamaah

25 Maret 2022   06:55 Diperbarui: 25 Maret 2022   07:03 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi seorang Muslim laki-laki salat berjamaah adalah wajib dilaksanakan, kecuali ada hal-hal yang menyebabkannya tidak bisa pergi ke masjid. Selain perintah wajib dan sebagai pelipatganda pahala, di dalam salat berjamaaah pun kita bisa belajar tentang kepemimpinan.

Syarat sah salat berjamaah adalah apabila ada imam dan makmum, walaupun makmumnya hanya seorang diri. Imam adalah pemimpin dalam salat berjamaah. Ada beberapa pelajaran tentang kepemimpinan (leadership) yang dapat kita ambil dari posisi imam sebagai pemimpin.

Pelajaran pertama adalah dalam proses penunjukkan imam sebagai pemimpin salat berjamaah. Kalau dihubungkan dengan kepemimpinan dalam organisasi, atau negara, penunjukkan pemimpin dalam salat berjamaah ada di antara otoriter dan demokrasi. Maksudnya, pemilihan imam (pemimpin) tidak sewenang-wenang karena kehendak seseorang, atau golongan tertentu, juga tidak berdasarkan demokrasi, dalam arti ditunjuk berdasarkan kehendak mayoritas suara makmum (suara terbanyak).

Seseorang ditunjuk menjadi imam salat berjamaah berdasarkan beberapa syarat yang telah ditetapkan syariat. Syarat-syarat untuk menjadi imam salat berjamaah di antaranya dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim.

"Rasulullah SAW bersabda, 'Yang mengimami suatu kaum (jamaah) itu hendaklah yang paling baik bacaan kitab Allah (Al Quran) nya. Jika di antara mereka itu sama, maka hendaklah yang paling tahu tentang sunnah, dan apabila di antara mereka sama pengetahuannya tentang as-Sunnah, hendaklah yang paling dahulu berhijrah, dan apabila di antara mereka sama dalam berhijrah, hendaklah yang paling dahulu memeluk Islam'. Dalam riwayat lain disebutkan: 'Yang paling tua usianya. Janganlah seorang maju menjadi imam shalat di tempat kekuasaan orang lain, dan janganlah duduk di rumah orang lain di kursi khusus milik orang tersebut, kecuali diizinkan olehnya'."

Syarat yang lainnya yaitu; baligh (dewasa), berakal (tidak gila), dan laki-laki jika makmumnya ada laki-laki.

Jelas sekali, ada beberapa syarat/kriteria yang harus diperhatikan sebelum menunjuk seseorang menjadi imam salat berjamaah. Begitupun dalam sebuah organisasi, atau bahkan negara, perlu ditentukan syarat/kriteria tertentu yang jelas sebelum penunjukkan atau pemilihan seorang pemimpin.

Pelajaran kedua adalah, seorang imam walaupun memiliki kekuasaan mutlak, tetapi jika melakukan kesalahan tidak bebas dari koreksi makmumnya. Namun, walaupun begitu, saat mengoreksi imam tetap ada mekanisme dalam cara membetulkannya.

Jika imam salah membaca ayat, maka makmum cukup membetulkan ayat yang dibaca imam tersebut. itu pun cukup oleh makmum yang terdekat dengan imam, tidak perlu semua jamaah membetulkan bacaan imam tersebut.

Jika imam salah/keliru melakukan gerakan salat, misalnya harusnya berdiri tetapi imam malah duduk, maka makmum cukum membaca subhanallah, atau kalau makmumnya perempuan cukup bertepuk tangan.

Pelajarannya, seorang pemipin tidak mutlak selalu berbuat benar, adakalanya berbuat salah. Kewajiban anggotanya untuk membetulkan atau mengoreksi, dan pemimpin harus mengakui kesalahannya. Cara membetulkannya pun ada mekanismenya. Kalau kesalahannya ringan, cukup orang-orang terdekat yang mengoreksi.

Pelajaran ketiga, seorang imam bukan hanya boleh dikoreksi saat sedang menjalankan tugasnya, tetapi bahkan bisa dan harus diganti. Hal ini terjadi kalau imam batal salatnya, misalnya karena buang angina, atau ada hal lain yang mengharuskannya diganti. Contoh kasusnya adalah ketika Khalifah Umar bin Khaththab ditikam Abdullah bin Saba' saat sedang menjadi imam, Khalifah Umar kemudian memegang tangan Abdurrahman bin Auf, dan memintanya untuk menggantikan posisinya.

Cara penggantian imam pun ada mekanismenya. Apabila imam merasa batal, maka dia harus keluar dari jamaah, dan salah seorang makmum, yang di belakangnya, maju untuk menggantikan posisinya sebagai imam hingga salat selesai. Oleh karenanya, makmum yang posisinya di belakang imam saat salat berjamaah harus orang yang siap menjadi imam, atau memenuhi syarat untuk menjadi imam.

Pelajarannya, seorang pemimpin jika melakukan kesalahan berat, atau melakukan sesuatu yang membuatnya batal menjadi pemimpin, maka dia harus diganti. Walaupun masa kepemimpinannya itu belum berakhir. Bahkan idealnya, dia sendiri yang harus mengundurkan diri dengan kesadarannya, sebagaimana seorang imam salat yang batal kemudian keluar dari jamaah salat.

Pelajaran keempat, saat memimpin salat, seorang imam harus memperhatikan kondisi jamaahnya. Jangan mentang-mentang hafalan Qurannya banyak, kemudian membaca surat yang panjang. Padahal, mungkin saja di antara jamaah yang bermakmum kepadanya itu ada yang sedang sakit, ada yang sedang terburu-buru, ada orang tua yang tidak kuat berdiri lama, dan lain sebagainya.

Sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah Saw saat beliau mengimami salat. Saat sedang salat, di belakang terdengar oleh beliau suara tangisan seorang anak, maka Rasulullah Saw memperpendek bacaan salatnya, karena khawatir salah satu makmumnya adalah orang tua dari anak yang menangis tersebut.

Seorang pemimpin pun harus peduli pada kondisi anak buahnya. Terutama pemimpin dari sebuah organisasi terbuka yang anggotanya beraneka ragam segmen masyarakat. Apalagi pemimpin sebuah negara dengan jumlah penduduk di atas 200 juta orang.

Kepedulian kepada anak buah, anggota, rakyat merupakan kewajiban seorang pemimpin. Karena sejatinya seorang pemimpin itu adalah pelayan bagi anggotanya. Sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Asakir dan Abu Nuaim, "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka".

Demikian pelajaran yang dapat kita ambil dari pelaksanaan salat berjamaah. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun