Keesokan harinya Baginda Raja memerintahkan puluhan pasukan kerajaan untuk membacakan taklimat ke seluruh pelosok wilayah kerajaan. Baginda Raja memerintahkan supaya taklimatnya itu sampai ke semua rakyat dan harus dilaksanakan. Waktu pelaksanaan mulai hari itu juga sampai lusa.
"Pak, sudah mendengar taklimat dari Baginda Raja?" tanya Bu Olih yang sedang menjemur baju kepada suaminya.
"Taklimat tentang susu itu? Sudah tadi dari Mang Karta. Ada-ada saja keinginan Raja," jawab Pa Olih tanpa menghentikan aktivitasnya yang sedang memandikan ayan jagonya.
"Bukan keinginan Raja, Pak. Tapi keinginan Permaisuri, maklum lagi ngidam katanya."
"Sama saja. Aneh-aneh kalau orang ningrat ngidam. Dulu kamu waktu hamil Si Aceng ngidamnya cuma minta semur jengkol."
Bu Olih tersenyum mendengarnya, "Ya ... namanya juga orang sugih, Pak. Mau apapun bisa."
"Tapi buktinya sekarang ... minta susunya ke rakyat," protes Pak Olih.
Bu Olih selesai menjemur bajunya lalu menghampiri Pak Olih dan duduk di sebelahnya. "Terus bagaimana, Pak. Kita, kan, gak punya susu sementara perintah Baginda Raja harus dilaksanakan?"
"Ya ... ini juga aku lagi mikir. Mau beli ke Juragan Juned gak ada duit, mau pinjam malu."
Bu Olih mengangguk kecil, matanya tak lepas melihat ayam jago yang sedang dimandiin suaminya. Tak tega rasanya kalau meminta ayam jagonya itu dijual untuk dibelikan segelas susu. Keheningan melanda keduanya untuk beberapa saat.
"Begini saja, Bu." Pak Olih memecah keheningan. "Bagaimana kalau kita tidak usah memberi susu?"