"Waqaala lahum nabiyyuhum inna Allaaha qad ba'atsa lakum thaaluuta malikan qaaluu annaa yakuunu lahu almulku 'alaynaa wanahnu ahaqqu bi(a)lmulki minhu walam yu'ta sa'atan mina almaali qaala inna Allaaha ishthafaahu 'alaykum wazaadahu basthatan fii al'ilmi wa(a)ljismi wa(A)llaahu yu'tii mulkahu man yasyaau wa(A)llaahu waasi'un 'aliim(un)".
(Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui)
Basthatah fil 'Ilmi wal Jismi menurut tafsir Al-Mukhtasahar artinya 'kelebihan berupa ilmu pengetahuan yang luas dan tubuh yang kuat'.
Dan menurut Tafsir Al-Madinah artinya 'keluasan ilmu dan badan yang kuat'.
Dari tiga pengertian di atas, Basthatah fil 'Ilmi wal Jismi maksudnya adalah, seorang pemimpin idealnya memahami segala hal, luas pengetahuannya serta memiliki tubuh yang sehat dan kuat.
Raufun Rahiim
Allah menyebutkan kriteria ke-empat pemimpin ideal dalam firmanNya di surat at-Taubah auat ke-128
"Laqad jaa'akum rasuulun min anfusikum 'aziizun 'alayhi maa 'anittum hariishun 'alaykum bi(a)lmu'miniina rauufun rahiim(un)".
(Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin)
Tafsir Al-Mukhtasahar menyebutkan Rauufun Rahiim ini sebagai 'sangat penyantun lagi penyayang kepada orang-orang yang beriman'.
Dan menurut Tafsir Al-Madinah artinya adalah 'sangat mengasihi dan mencintai orang-orang beriman'.