Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siri

31 Januari 2022   06:29 Diperbarui: 31 Januari 2022   07:34 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompasiana/dethazyo

Alex, anak seorang pengusaha besar, memang diketahui Asmin menaruh hati kepada adiknya. Tapi dia tidak menyangka Alex akan berbuat nista kepada adiknya setelah mengelabui adiknya melalui minuman mengandung obat tidur.

Asmin mengambil keputusan. Melalui Hariri, temannya, Asmin berhasil membujuk Alex untuk bertemu di sebuah tempat. Tempat yang kemudian menjadi saksi saat keduanya bertemu. Saat Asmin tidak bicara kepada Alex, saat Alex terbelalak mendapat sambutan dari sambitan golok yang dipegang Asmin. Hanya Golok yang berbicara di antara keduanya. Bicara atas nama marah, malu, dan sedih. Entah berapa kali Asmin menebaskan goloknya ke tubuh Alex. Dia baru berhenti saat dilihatnya Alex sudah tidak bergerak.

Asmin kemudian berlari ke rumah, menemui orang tuanya. Ibunya tertegun melihat golok berlumur darah di tangan Asmin. Ayahnya mengangguk dengan seulas senyum yang nyaris tak terlihat.

"Saya langsung kemari, Pak." Asmin Labbiri mengakhiri cerita seraya membetulkan posisi duduknya.

AKP Andre tak bisa berkata-kata, begitupun Tony. Kedua tangan Anne bahkan tak bergerak, kaku, beberapa centi di atas keyboard. Ketiganya terdiam, terkesima dengan cerita Asmin.

"Ini masuk pasal 340, Pak!" Anne memecah kebekuan.

"Silahkan. Pasal berapa pun, berapa lama kurungannya, saya sudah siap menerimanya," balas Asmin dengan tatapan tajam ke arah Andre. Yang ditatap hanya terdiam.

"Hayo ... mikirin kasus Asmin itu lagi ya?" tiba-tiba istri Andre datang dan duduk di sampingnya.

"Iya, Dek. Secara hukum ini sebenarnya bukan perkara yang pelik. Sudah jelas kok pasalnya, pembunuhan berencana. Tetapi itu lho, yang Mas selalu pikirkan. Motivasi dia, dan ketegaran dia menerima hukumannya."

Istrinya hanya mengangguk, mengiyakan dan memahami kegalauan suaminya. Satu sisi suaminya tentu melihat, apa yang dilakukan Asmin adalah sesuatu yang terhormat. Bahkan diakui oleh adat maupun agama. Namun, di sisi yang lain, sebagai polisi, suaminya tentu harus menegakkan hukum.

"Apalagi saat Asmin mengatakan sebuah ungkapan dalam bahasa yang tak kumengerti." Andre membuyarkan lamunan istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun