Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Arteria Dahlan dan Edy Mulyadi

27 Januari 2022   16:45 Diperbarui: 27 Januari 2022   16:46 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: detikcom & suaracom

Beberapa hari ini kita dipertontonkan adegan keterlaluan cara berbicara (menyampaikan sesuatu secara verbal) dari dua tokoh yang seharusnya tidak berbicara seperti itu.

Pertama, adegan politisi PDIP, Ateria Dahlan, yang mengkritisi seorang pejabat di saat rapat berbicara dengan menyelipkan Bahasa Sunda, dan ditambah kemudian dengan permintaannya untuk memecat pejabat yang bersangkutan.

Karuan saja, omongan politisi PDIP ini menuai protes dari masyarakat Sunda. 'Urang Sunda' merasa Arteria telah merendahkan Bahasa Sunda dengan mengatakan, 'bahasa Sunda membuat takut'. Tuntutan agar Arteria dikeluarkan dari keanggotaan PDIP pun tidak sedikit.

Belum reda kegaduhan yang disebabkan politisi PDIP ini, jagad maya kembali diriuhkan oleh perkataan seorang tokoh. Kali ini penyebab keriuhan itu adalah perkataan mantan caleg PKS, Edy Mulyadi, saat mengomentari kepindahan Ibu Kota Baru (IKN).

Edy Mulyadi, di sebuah forum, dalam uraiannya mengomentari kepindahan IKN mengatakan sebuah istilah 'tempat buang jin buang anak'. Tentu saja, penyebutan istilah itu mengundang kemarahan warga Kalimantan. Walaupun kemudian dia mengklarifikasi bahwa maksudnya adalah  untuk menggambarkan tempat yang jauh, kemarahan warga Kalimantan tidak begitu saja menerimanya.

Baik. Kasus Arteria Dahlan dengan warga Sunda maupun Edy Mulyadi dengan masyarakat Kalimantan kita tunggu saja kelanjutannya. Apakah ada proses hukuk atau tidak, itu bukan tujuan saya menulis ini.

Namun, dari kedua kasus di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa berkata-kata itu ada etikanya. Walaupun apa yang kita katakana itu sesuatu yang benar.

Lima belas abad yang lalu, Rasulullah Saw sudah mengingatkan,

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Pesan Rasulullah Saw di atas menyebutkan 'berkata baik', bukan 'berkata benar'. Artinya, pilih dan gunakanlah diksi yang tepat ketika mengatakan sesuatu. Dan lebih baik diam saja, kalau memang tidak bisa berkata baik. Kesalahan memilih diksi bisa berakibat fatal. Dalam berbicara tidak cukup hanya bermodal niat baik tetapi harus juga bisa memilih diksi yang tepat dan akurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun