Sudah lama memang saya memiliki 2 nomor kontak dalam 1 gawai. Sekarang memang sudah lazim, setiap gawai memiliki 2 slot untuk menyimpan 2 sim-card. Produsen gawai mungkin sudah memahami, bahwa sekarang setiap orang mempunyai mobilitas tinggi yang tidak cukup memiliki satu nomor kontak.
Awalnya 2 nomor kontak yang saya miliki hanya untuk memisahkan komunikasi, mana yang untuk urusan pribadi dan mana yang untuk urusan bisnis atau pekerjaan. Terutama untuk memisahkan kesertaan saya di grup-grup Whatsapp.
Anda tahu kan, dengan adanya WAG (Whatsapp Group), apapun bisa dibuat grup; grup alumni sekolah (SD sampai SMA), grup hobi gowes, grup hobi mancing, grup warga se-RT, grup kantor, dan lain-lain.
Tetapi kemudian saya menemukan keuntungan lain dengan memiliki 2 nomor kontak di Whatsapp itu. Bahkan berdasarkan pengalaman yang saya alami, ternyata ada 3 keuntungannya, lho.
Mau tahu? Atau mau tahu banget?
Keuntungan pertama untuk mencatat ide yang tiba-tiba muncul saat kita sedang beraktivitas. Ini pengalaman saya beberapa hari yang lalu. Saat itu saya lagi lari pagi. Tiba-tiba terlintas sebuah ide untuk ditulis. Saat itu saya bingung, saya tidak membawa buku atau alat tulis untuk mencatat ide tersebut. Padahal kalau tidak segera dicatat, ide itu biasanya gampang hilang.
Namun, kebingunganku tidak lama. Saya keluarkan gawai dan membuka aplikasi Whatsapp, kemudian saya catat ide yang terlintas tadi dan saya kirim ke nomor Whatsapp saya yang kedua. Aman. Nanti di rumah tinggal buka Whatsapp saya yang kedua itu untuk membaca ide yang saya tulis tadi.
Bagi saya yang sedang berusaha menjadi seorang penulis, ide adalah barang berharga. Tetapi namanya ide, datangnya selalu tiba-tiba dan cepat pula hilang kalau tidak segera dicatat. Anda pun, yang bergelut di dunia kreativitas, yang mengandalkan ide atau inspirasi dalam berkarya, bisa mengikuti cara ini. Jangan biarkan ide atau inspirasi yang datang hanya lewat begitu saja.
Jadi, dengan memiliki 2 nomor Whatsapp, kapan pun, dimana pun, sedang apapun, kita akan selalu siap mencatat saat sebuah ide, inspirasi, atau gagasan yang tiba-tiba datang.
Kenapa tidak pakai aplikasi Note? Itu mungkin yang Anda tanyakan.
Ya! Untuk menulis singkat dengan cepat memang kita bisa menggunakan aplikasi Note yang bisa kita unduh di Playstore. Dan, alasan saya tidak menggunakannya, pertama saya tidak perlu nambah aplikasi di gawai saya. Lumayan kan hemat memori.
Kedua, setiap saat saya selalu membuka Whatsapp, sehingga ide yang saya tulis tadi itu akan selalu terlihat dan tidak terlupakan.
Tapi, pilihan ada di tangan Anda seh. Mau pakai Note atau Whatsapp? Up to you lah.
Keuntungan yang kedua, dengan memiliki 2 nomor Whatsapp kita bisa memeriksa materi iklan yang akan kita promokan. Ini sebenarnya pengalaman saya juga. Saya yang nyambi jualan online sambil kerja, suka ngiklan via Whatsapp. Broadcast ke grup-grup atau japri ke teman-teman dan calon customer yang lain.
Nah, saat membuat flyer atau menulis copywriter atau story telling untuk promosi, biasanya saya mengirim dulu ke nomor Whatsapp saya yang lain sebelum di broadcast ke grup-grup.
Tujuannya ya ... untuk memeriksa dan menguji. Apakah ada kesalahan kata? Apakah kalimatnya tidak membingungkan? Apakah uraiannya sudah 'menjual' alias memancing keinginan pembaca untuk membeli? Apakah desain flyer-nya menarik? Apakah tidak terpotong? Kalau semuanya sudah oke, ya lanjut. Saya kirim ke grup-grup atau japri ke calon-calon customer.
Intinya, keuntungan kedua memiliki 2 nomor Whatsapp adalah menghindarkan kita dari kesalahan saat berpromosi.
Keuntungan ketiga. lagi-lagi, ini pengalaman saya lagi. Ini mirip-mirip keuntungan yang kedua. Sebagai seorang yang sedang belajar menulis, fiksi maupun non-fiksi, saya biasanya mengirim naskah yang selesai saya tulis ke nomor Whatsapp kedua. Kemudian di room chat Whatsapp saya kedua itu saya membaca ulang naskah yang saya tulis tersebut.
Dari Whatsapp yang kedua itu, saya bisa tahu, mana paragrap yang kepanjangan, atau paragraph yang terlalu pendek. Mana kalimat yang tidak efektif, atau masih adakah salah ketik (typo), dan lain-lainnya.
Secara keseluruhan, apakah naskah saya itu sudah enak dibaca dan mudah dipahami atau tidak. Sehingga jika diperlukan saya bisa mengeditnya. Kalau sudah yakin oke, maka naskah itu saya kirim, ke grup-grup literasi di Facebook, Telegram, Whatsapp, atau ke media online.
Oiya, mungkin Anda bertanya, kenapa tidak di-print saja kalau untuk memeriksa naskah. Pertama, selain menghemat waktu harus cari-cari printer, juga untuk menghemat kertas dan tinta printer.
Kedua, karena tujuan pengiriman naskah saya ke media sosial, di mana kebanyakan orang mengaksesnya melalui gawai. Maka, saya ingin melihat (membaca) naskah saya itu terlebih dahulu dalam format yang nanti akan dilihat oleh para pembaca. Karena, membaca tulisan di gawai tentu berbeda dengan membaca di monitor laptop atau PC.
3 hal di atas masih saya lakukan sampai sekarang. Karena memang terbukti efektif dan terasa keuntungannya.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H