Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membahagiakan Allah SWT

14 Januari 2022   08:14 Diperbarui: 14 Januari 2022   08:17 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tulisan kemarin dijelaskan bahwa solusi dari semua permasalahan adalah membaca istghfar. Membaca istighfar maksudnya mengucapkan kalimat 'astaghfirullah' yang artinya 'aku memohon ampun kepada Allah Swt'.

Kenapa dengan memohon ampun (bertaubat) kepada Allah Swt segala permasalahan akan selesai?

Sebagai jawabannya, saya akan menceritakan sebuah kisah.

Dikisahkan, di suatu hari ada seseorang yang menempuh perjalanan dengan mengendarai kuda. Perjalanan yang jauh mengharuskannya membawa perbekalan yang banyak, ditambah beberapa barang lainnya membuat punggung kuda penuh dengan barang. Hanya menyisakan sedikit tempat untuk dia duduk.

Setengah hari lebih dia telah menempuh perjalanan. Terik matahari yang menyengat membuatnya berniat untuk beristirahat. Dia pun turun seraya membawa tempat minumnya dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang. 

Perjalanan yang melelahkan membuat perutnya menagih untuk diisi. Tetapi dia memutuskan untuk mengaso sebentar sebelum mengisi perut, kecuali beberapa teguk air saja untuk mengisi perutnya.

Angin mengalir sepoi-sepoi membuatnya terlelap, lupa akan lapar, lupa akan segalanya. Teduhnya pepohonan yang menghalangi sinar mentari, menambah nikmatnya tidur. 

Baru terbangun setelah setengah jam setelah tertidur. Saat membuka mata, terkejut dia. Kudanya tidak ada. Rupanya tadi dia lupa mengikat tali kekang kudanya.

Seketika lemas, seolah semua tulang di dalam tubuhnya menghilang. Sedih, kecewa, kesal, bercampur tergambar di raut mukanya. Bagaimana tidak, semua perbekalan ada di atas kudanya, padahal perjalanan masih jauh. Kebingungan melanda pikirannya. Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Melanjutkan perjalanan atau kembali pulang sama saja. Dia sudah menempuh perjalanan setengah hari lebih. Itu dengan berkuda, kalau berjalan kaki tentu lebih lama. Tidak ada yang bisa dia lakukan, hanya menyelonjorkan tubuhnya kembali. Pasrah. Saat itu dia merasa menjadi orang yang paling menderita sekolong langit.

Tiba-tiba, di tengah keputus-asaannya kudanya kembali, lengkap dengan semua barang yang dibawanya. Tidak ada satu pun yang hilang. Tentu saja dia sangat gembira. Harapannya yang hilang pun tumbuh kembali. Seluruh aliran darah mengalir kembali. Dia pun langsung memeluk leher kuda saking bahagianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun