masalah. Keyakinan kita kepada Allah Swt bahwa Dia Maha Penyayang (Ar-Rahman), Maha Mengetahui (Al-'Alim), dan Maha Adil (Al-'Adl), membuat kita optimis. Semua yang menimpa kita adalah ketentuan-Nya yang terbaik untuk kita.
Dalam tulisan terakhir, kemarin, kita telah mendapatkan tips supaya tetap tenang saat mendapat musibah atauDahulu, di Bashra, Irak, tinggal seorang ulama, selain mengajarkan ilmu-ilmu syariat Islam, di hari-hari tertentu beliau juga menerima penduduk kota Bashra yang mengadukan berbagai permasalahan hidup untuk kemudian beliau memberi nasihat sebagai solusinya.
Ulama itu bernama Hasan Al-Bashri. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi). Termasuk Tabi'in, yaitu generasi setelah sahabat, atau beliau sempat bertemu dan berguru kepada beberapa sahabat Rasulullah Saw.
Kemudian beliau pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah beliau mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri.
Suatu hari, tiga orang berkunjung ke rumah Hasan Al-Bashri. Mereka bermaksud mengadukan beberapa masalah kepada Hasan Al-Bahsri dan meminta nasihat kepadanya.
Orang pertama mengadukan masalahnya, "Ya, Tuan. Hidup sekarang terasa sulit, penghasilanku semakin hari semakin tidak seimbang dengan kebutuhan hidup saya sekeluarga. Kiranya Tuan bisa memberi nasihat, apa yang harus saya lakukan."
Hasan Al-Bashri tersenyum memandang wajah orang pertama yang mengadu, kemudian berkata singkat, "Bacalah Istighfar!"
Orang yang mengadu sejenak terdiam, tetapi melihat Hasan Al-Bashri mengangguk dan mengulang nasihatnya untuk ber-istghfar, dia pun mengerti.
Lalu orang kedua, seorang perempuan yang sudah tidak bisa disebut muda lagi, mengadukan masalahnya. "Ya, Tuan. Saya sudah lama menikah, namun sampai sekarang belum dikaruniani buah hati. Mohon nasihatnya, Tuan. Supaya saya segera memiliki momongan."
Hasan Al-Bashri kembali tersenyum dan berkata singkat, "Bacalah Istighfar!"
"Terimakasih, Tuan. Insya Allah." Perempuan yang ingin memiliki buah hati itu berkata seraya mengangguk.
Orang ketiga seorang petani. Dia mengadukan masalah hasil pertaniannya. Setelah sekian tahun mengolah tanah, tak sekali pun ia menuai hasil yang melimpah. Malah yang terjadi adalah kerusakan tanaman akibat kekeringan dan tanah yang tandus.
Persis seperti saat menerima dua pengaduan sebelumnya, Hasan Al-Bashri tersenyum dan berkata, "Bacalah Istighfar!"
Setelah orang-orang yang meminta nasihat itu kembali pulang, Rabi' bin Shahib, salah satu murid Hasan Al-Bashri, memberanikan diri untuk bertanya, "Ya, Syeikh. Ketiga orang tadi mendatangimu dan mengadukan permasalahan yang berbeda. Namun, kenapa engkau memberi nasihat yang sama, untuk membaca Istighfar?"
Hasan Al-Bashri pun terdiam beberapa jenak. Kemudian ia membacakan beberapa ayat dari Surah Nuh sebagai jawabannya. Beliau membaca surat Nuh ayat ke-10 sampai ke-13,
"Maka, aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?"
Hasan Al-Bashri secara tidak langsung menegaskan kepada muridnya, Rabi' bin Shahib, bahwa Allah Swt lah yang memerintahkan untuk membaca Istighfar, memohon ampun, sebagai solusi dari berbagai permasalahan yang diadukan ketiga orang tadi.
Memohon ampun dengan memperbanyak membaca Istighfar adalah solusi yang dijanjikan Allah Swt kepada kita. Karena bisa jadi, dosa-dosa kitalah yang menyebabkan kita; kesulitan ekonomi, tidak kunjung diberi keturunan, hasil pertanian tidak menguntungkan, atau permasalahan-permasalahan hidup lainnya.
Mari perbanyak baca 'Istighfar'.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI