Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Solusi Semua Masalah

13 Januari 2022   11:36 Diperbarui: 13 Januari 2022   11:44 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TribunBanjarmasincom

Dalam tulisan terakhir, kemarin, kita telah mendapatkan tips supaya tetap tenang saat mendapat musibah atau masalah. Keyakinan kita kepada Allah Swt bahwa Dia Maha Penyayang (Ar-Rahman), Maha Mengetahui (Al-'Alim), dan Maha Adil (Al-'Adl), membuat kita optimis. Semua yang menimpa kita adalah ketentuan-Nya yang terbaik untuk kita.

Dahulu, di Bashra, Irak, tinggal seorang ulama, selain mengajarkan ilmu-ilmu syariat Islam, di hari-hari tertentu beliau juga menerima penduduk kota Bashra yang mengadukan berbagai permasalahan hidup untuk kemudian beliau memberi nasihat sebagai solusinya.

Ulama itu bernama Hasan Al-Bashri. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi). Termasuk Tabi'in, yaitu generasi setelah sahabat, atau beliau sempat bertemu dan berguru kepada beberapa sahabat Rasulullah Saw.

Kemudian beliau pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah beliau mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri.

Suatu hari, tiga orang berkunjung ke rumah Hasan Al-Bashri. Mereka bermaksud mengadukan beberapa masalah kepada Hasan Al-Bahsri dan meminta nasihat kepadanya.

Orang pertama mengadukan masalahnya, "Ya, Tuan. Hidup sekarang terasa sulit, penghasilanku semakin hari semakin tidak seimbang dengan kebutuhan hidup saya sekeluarga. Kiranya Tuan bisa memberi nasihat, apa yang harus saya lakukan."

Hasan Al-Bashri tersenyum memandang wajah orang pertama yang mengadu, kemudian berkata singkat, "Bacalah Istighfar!"

Orang yang mengadu sejenak terdiam, tetapi melihat Hasan Al-Bashri mengangguk dan mengulang nasihatnya untuk ber-istghfar, dia pun mengerti.

Lalu orang kedua, seorang perempuan yang sudah tidak bisa disebut muda lagi, mengadukan masalahnya. "Ya, Tuan. Saya sudah lama menikah, namun sampai sekarang belum dikaruniani buah hati. Mohon nasihatnya, Tuan. Supaya saya segera memiliki momongan."

Hasan Al-Bashri kembali tersenyum dan berkata singkat, "Bacalah Istighfar!"

"Terimakasih, Tuan. Insya Allah." Perempuan yang ingin memiliki buah hati itu berkata seraya mengangguk.

Orang ketiga seorang petani. Dia mengadukan masalah hasil pertaniannya. Setelah sekian tahun mengolah tanah, tak sekali pun ia menuai hasil yang melimpah. Malah yang terjadi adalah kerusakan tanaman akibat kekeringan dan tanah yang tandus.

Persis seperti saat menerima dua pengaduan sebelumnya, Hasan Al-Bashri tersenyum dan berkata, "Bacalah Istighfar!"

Setelah orang-orang yang meminta nasihat itu kembali pulang, Rabi' bin Shahib, salah satu murid Hasan Al-Bashri, memberanikan diri untuk bertanya, "Ya, Syeikh. Ketiga orang tadi mendatangimu dan mengadukan permasalahan yang berbeda. Namun, kenapa engkau memberi nasihat yang sama, untuk membaca Istighfar?"

Hasan Al-Bashri pun terdiam beberapa jenak. Kemudian ia membacakan beberapa ayat dari Surah Nuh sebagai jawabannya. Beliau membaca surat Nuh ayat ke-10 sampai ke-13,

"Maka, aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?"

Hasan Al-Bashri secara tidak langsung menegaskan kepada muridnya, Rabi' bin Shahib, bahwa Allah Swt lah yang memerintahkan untuk membaca Istighfar, memohon ampun, sebagai solusi dari berbagai permasalahan yang diadukan ketiga orang tadi.

Memohon ampun dengan memperbanyak membaca Istighfar adalah solusi yang dijanjikan Allah Swt kepada kita. Karena bisa jadi, dosa-dosa kitalah yang menyebabkan kita; kesulitan ekonomi, tidak kunjung diberi keturunan, hasil pertanian tidak menguntungkan, atau permasalahan-permasalahan hidup lainnya.

Mari perbanyak baca 'Istighfar'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun