Orang ketiga seorang petani. Dia mengadukan masalah hasil pertaniannya. Setelah sekian tahun mengolah tanah, tak sekali pun ia menuai hasil yang melimpah. Malah yang terjadi adalah kerusakan tanaman akibat kekeringan dan tanah yang tandus.
Persis seperti saat menerima dua pengaduan sebelumnya, Hasan Al-Bashri tersenyum dan berkata, "Bacalah Istighfar!"
Setelah orang-orang yang meminta nasihat itu kembali pulang, Rabi' bin Shahib, salah satu murid Hasan Al-Bashri, memberanikan diri untuk bertanya, "Ya, Syeikh. Ketiga orang tadi mendatangimu dan mengadukan permasalahan yang berbeda. Namun, kenapa engkau memberi nasihat yang sama, untuk membaca Istighfar?"
Hasan Al-Bashri pun terdiam beberapa jenak. Kemudian ia membacakan beberapa ayat dari Surah Nuh sebagai jawabannya. Beliau membaca surat Nuh ayat ke-10 sampai ke-13,
"Maka, aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu, dan mengadakan sungai-sungai untukmu. Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?"
Hasan Al-Bashri secara tidak langsung menegaskan kepada muridnya, Rabi' bin Shahib, bahwa Allah Swt lah yang memerintahkan untuk membaca Istighfar, memohon ampun, sebagai solusi dari berbagai permasalahan yang diadukan ketiga orang tadi.
Memohon ampun dengan memperbanyak membaca Istighfar adalah solusi yang dijanjikan Allah Swt kepada kita. Karena bisa jadi, dosa-dosa kitalah yang menyebabkan kita; kesulitan ekonomi, tidak kunjung diberi keturunan, hasil pertanian tidak menguntungkan, atau permasalahan-permasalahan hidup lainnya.
Mari perbanyak baca 'Istighfar'.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI