Â
Begitulah siklus kehidupan atau hukum pergiliran yang dialami Nabi Yusuf As, dari terdzalimi menjadi orang yang berkuasa.
Hukum Pergiliran ini Allah Swt nyatakan berlaku untuk semua manusia bukan hanya untuk seorang nabi. Salah satunya Dia firmankan di surat Ali Imran ayat ke-140.
"dan janganlah kamu merasa hina dan bersedih, sebab kamulah yang lebih tinggi jika kamu beriman. Jika kamu tersentuh kekalahan (musibah), maka luka (musibah) yang sama juga menimpa kaum yang lain. Demikianlah hari-hari (kemenangan) kami pergilirkan diantara manusia."
Walaupun ayat di atas konteksnya saat pasca Perang Uhud, tetapi dimana pun dan kapanpun Hukum Pergiliran itu akan selalu menyertai hidup kita. Juga sebuah sinyalemen dari Allah Swt supaya kita tetap istiqomah, baik saat kita sedang 'di bawah' maupun saat kita sedang ' di atas'.
Sunnah Tadawul atau Hukum Pergiliran membuat kita akan tetap optimis dalam menjalani kehidupan ini. Saat kita terpuruk di ceruk yang paling dalam, kita yakin kondisi ini tidak akan selamanya. Allah Swt pun memberi stimulus optimisme kepada kita.
"Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri." (Qs. ar-Ra'du: 11)
Ayat ini memberi kita paradigma untuk jangan patah arang karena semenderita bagaimana pun kesusahan kita, selalu tersedia kesempatan untuk berubah ke keadaan yang lebih baik.
Selain itu, Hukum Pergiliran ini pun menjadi peringatan bagi siapa pun yang sedang berada di puncak kejayaan untuk tidak berlaku zalim dan sombong. Karena sekuat apapun, kalau tiba saatnya dipergilirkan untuk tumbang, maka akan jatuh pula.
Itulah yang terjadi pada Firaun dan Namruz.