Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

I'tikaf dan Lailatul Qadr Itu Hal yang Berbeda

2 Mei 2021   10:17 Diperbarui: 2 Mei 2021   10:54 1876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, mulai nanti malam kita akan memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana sudah menjadi agenda umum umat Islam di seluruh dunia, di sepuluh malam terakhir selalu melaksanakan I'tikaf untuk memburu malam Lailatul Qadr.

Pertanyaan yang terbetik di kepala saya, sehingga saya menulis ini adalah, betulkah hanya dengan ber-I'tikaf malam Lailatul Qadr dapat diperoleh?

Sebelumnya mari kita bahas makna I'tikaf dan Lailatul Qadr.

I'tikaf

Menurut Wikipedia, I'tikaf (bahasa Arab: ) berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah dan bermuhasabah (introspeksi) atas perbuatan-perbuatannya. Orang yang sedang beriktikaf disebut juga mu'takif.

Iktikaf yang disyariatkan ada dua macam, yaitu iktikaf sunat dan wajib.

  • Iktikaf sunnat adalah iktikaf yang dilakukan secara sukarela semata-mata untuk mendekatkan diri dan mengharapkan ridha Allah Swt. Contohnya iktikaf di 10 hari terakhir pada bulan Ramadan.
  • Iktikaf wajib adalah iktikaf yang dikarenakan bernazar (janji), seperti, "Kalau Allah Swt menyembuhkan penyakitku ini, maka aku akan beriktikaf.

Iktikaf wajib tergantung pada berapa lama waktu yang dinazarkan, sedangkan iktikaf sunat tidak ada batasan waktu tertentu, kapan saja pada malam atau siang hari, waktunya boleh lama atau singkat.

Ya'la bin Umayyah berkata: "Sesungguhnya aku berdiam satu jam di masjid tak lain hanya untuk beriktikaf."

Jadi, I'tikaf itu berdiam diri di masjid dengan berniat untuk I'tikaf dan bertujuan untuk beribadah, kapan pun dan berapa lama pun. Tidak mesti di bulan Ramadhan.

Lailatul Qadr

Allah Swt menjelaskan dalam firman-Nya di surat al-Qadar,

"Sesungguhnya Kami (Allah) telah menurunkan al-Qur'an pada  Lailatul Qadar.  Tahukah kamu apa itu Lailatul Qadar? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Malaikat dan Ruh turun pada malam itu dengan ijin Tuhan Mereka untuk segala urusan.  Damai dan sejahteralah

lailatul qadar itu hingga terbit fajar."

Lail artinya malam. Lailatul Qadr adalah malam saat Allah Swt menurunkan al-Quran. Dan, di dalamnya ada kemuliaan, yaitu satu malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Seribu bulan kalau dikonversi ke tahun sama dengan 83,33 tahun.

Ibadah yang dilaksanakan pada malam Lailatul Qadr pahalanya sama dengan kita beribadah selama seribu bulan atau 83,33 tahun. Sebuah anugerah atau kemuliaan yang Allah Swt berikan kepada umat Nabi Muhammad Saw.

Kemuliaan inilah yang dikejar kaum Muslimin di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Karena tidak ada petunjuk yang jelas, kapan malam Lailatul Qadr itu. Apakah di malam ke-21, ke-22, ke-23 dan seterusnya.

Karena tidak jelas itulah maka untuk memperbesar peluang mendapatkan Lailatul Qadr, kaum Muslimin memaksimal ibadah di semua malam di sepuluh malam terakhir. Salah satunya dengan cara ber-I'tikaf.

Ini sesuai hadis yang diriwayatkan Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw bersabda,

"Carilah malam Lailatul Qadar pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Bukhari dan Muslim).

Dua penjelasan di atas, pengertian I'tikaf dan Lailatul Qadr, menjawab pertanyaan di awal tulisan ini.

I'tikaf adalah salah satu cara beribadah.

Lailatul Qadr adalah malam kemuliaan yang nilainya sama dengan seribu bulan.

I'tikaf dilakukan di sepuluh malam terakhir adalah hanya untuk memperbesar peluang mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadr. Sehingga, I'tikaf bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadr.

Dengan demikian, di mana pun seorang Muslim beribadah di malam hari, dia punya peluang mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadr.

Seorang petugas security yang harus bertugas di malam hari, dan di sela-sela tugasnya dia beribadah, misalnya membaca al-Quran. Maka, dia berpeluang mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadr.

Seorang ibu rumah tangga, yang menghidupkan malamnya dengan beribadah di rumah. Sama, dia pun punya peluang yang sama mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadr.

Kemuliaan malam Lailatul Qadr yang senilainya seribu bulan itu akan Allah Swt berikan kepada siapa pun yang malam itu sedang beribadah. Walaupun tidak sedang berada di masjid.

Namun, tentu saja bagi seorang lelaki yang punya keleluasaan waktu, lebih dianjurkan untuk ber-I'tikaf. Karena Rasulullah Saw mensunnahkannya.

Mari kita maksimalkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan memperbanyak ibadah. Sehingga kita dapat meraih kemuliaan malam Lailatul Qadr.

TSM, 02/05/21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun