Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bohong, Wabah yang Harus Diwaspadai

13 April 2021   08:47 Diperbarui: 13 April 2021   08:59 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: theconversation.com

Terutama di bulan Ramadhan ini. Bohong dapat menghapus pahala saum, sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut,

"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta, melakukan kedustaan serta berbuat usil, maka Allah Swt tidak butuh ia meninggalkan makannya dan minumnya." (HR. Bukhari)

Karena bohong adalah perbuatan lisan (ucapan), maka untuk mencegahnya kita cukup mengurangi ucapan atau perkataan. Dan, mengatur ucapan atau perkataan ini termasuk kepada ciri orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.

Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR Bukhari Muslim)

Internet sebagai salah satu kemajuan teknologi, telah mengubah pola komunikasi antar manusia. Komunikasi verbal sekarang digantikan oleh komunikasi lewat tulisan. Munculnya berbagai aplikasi Messenger mempermudah perubahan tersebut.

Selain messenger, munculnya aplikasi media sosial telah membentuk kebiasaan baru, yaitu mengungkapkan segala sesuatu ke dalam tulisan. Mencurahkan perasaan, bercerita, menginformasikan sesuatu, menasihati, dan lain-lain.

Dan, di titik ini, sekarang menjadi tidak ada bedanya antara verbal atau perkataan dengan tulisan. Sehingga, bohong pun bisa terjadi dalam bentuk tulisan. Ini yang harus diwaspadai. Menganggap tulisan berbeda dengan ucapan akan membuat kita terjerumus kepada perbuatan bohong.

Kenyataan yang ada sekarang. Begitu marak sekarang berita-berita atau informasi (dalam bentuk tulisan tentunya) yang menyebar tanpa dipastikan kebenarannya. Hampir setiap hari kita mendapatkan kiriman informasi yang diragukan kebenarannya. Kemudahan meng-klik saat ingin meneruskan sebuah informasi, telah menciptakan wabah baru yang lebih parah dari wabah covid-19.

Konteks hadis di atas pun dapat disesuaikan, supaya kita terhindar dari berbohong. Maksudnya, kalau tidak dapat menulis sesuatu yang baik (bermanfaat) atau tidak tahu kebenaran sebuah berita, lebih baik diam, tidak menulis sesuatu atau tidak membagikan sebuah berita.

Dengan dikembalikan ke definisi bohong menurut KBBI, dipastikan informasi-informasi yang kita dapatkan setiap hari kebanyakan adalah tidak benar, alias bohong. Padahal bohong termasuk perbuatan yang dicela Rasulullah Saw. Sehingga, wabah bohong yang merebak akan mengundang murka Allah Swt. Setidaknya kehidupan masyarakat yang dipenuhi kebohongan menjadi tidak berkah. Dijauhkan dari keberkahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun