Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Kezaliman

26 Januari 2021   11:27 Diperbarui: 26 Januari 2021   11:48 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dosa syirik tidak akan diampuni Allah Swt apabila dibawa mati, atau si pelaku syirik tidak sempat bertobat.

Kezalimam yang kedua atau kezaliman yang diampuni Allah Swt, yaitu kezaliman yang dilakukan seorang manusia berupa perbuatan dosa atau pelanggaran terhadap hak-hak Allah. Misalnya tidak salat, tidak puasa, tidak zakat, minum-minuman keras, berjudi, dan perbuatan dosa lainnya, yang berkaitan dengan pelanggaran hak-hak Allah terhadap dirinya. Al Qur'an sering membahasakan dosa ini dengan menganiaya diri sendiri.

Kezaliman berupa perbuatan dosa ini akan diampuni Allah Swt manakala si pendosa menyadarinya, lalu segera mengingat Allah Swt dengan bertobat dan beramal shaleh.

Kezaliman ketiga adalah kezaliman yang tidak dibiarkan begitu saja tanpa ada pembalasan. Kezaliman ketiga ini merupakan kezaliman yang dilakukan seorang manusia terhadap manusia yang lainnya.

Kata kunci dari memahami bentuk kezaliman yang ketiga ini adalah, 'Tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Allah Swt'.

Salah satu arti zalim dalam KBBI adalah 'tidak adil'. Dalam hal ini Allah Swt tidak akan membiarkan begitu saja sebuah perbuatan zalim, sebelum kembali ke posisi adil.

Kalau dua bentuk kezaliman yang pertama hubungannya dengan Allah Swt, maka kezaliman yang ketiga ini terjadi dalam interaksi manusia dengan manusia.

Dalam interaksi sosial antar manusia, tidak jarang terjadi perbuatan zalim dari satu orang kepada orang yang lain. Baik disengaja maupun tidak disengaja. Perbuatan zalim ini tidak akan dibiarkan tanpa balas. Allah Swt pasti akan membalasnya dengan balasan yang setimpal (adil). Manakala orang yang berbuat zalim tidak memohon maaf kepada orang yang dizaliminya, atau orang yang dizalimi tidak memaafkan perbuata zalim tersebut.

Di sinilah pentingnya kita menjaga sikap saat berinteraksi dengan sesama, baik itu dalam pekerjaan, saat berbisnis, hidup bertetangga, berpolitik, bergaul, dan hubungan-hubungan antar manusia yang lainnya.

Sedikit saja kita berbuat zalim, disengaja atau tidak disengaja, dan orang yang dizalimi tidak rida atas perbuatan kita tersebut. Maka, Allah Yang Mahaadil tidak akan membiarkan. Allah pasti akan membalas perbuata zalim kita itu.

Jadi, berhati-hatilah menjaga tangan kita, mulut kita, lirikan mata kita, mimik muka kita. Takutlah kalau itu semua merupakan kezaliman, dan orang yang dizalimi tidak terima. Termasuk menjaga jari kita saat menulis. Menulis apa pun, menulis di mana pun.

Wallahu 'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun