Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemimpin yang Dirindukan

8 Desember 2020   05:55 Diperbarui: 8 Desember 2020   05:57 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari Khalifah Umar bin Khaththab berkuthbah di atas mimbar memberikan beberapa nasihat kepada kaum Muslimin. Ketika beliau mengatakan, "Wahai kau Muslimin, dengarkanlah dan taatilah ...."

Tiba-tiba Salman al-Farisy berdiri dan berteriak, "Tidak! Tidak ada kewajiban untuk taat sebelum engkau menjelaskan, kenapa engkau tidak berlaku adil."

Hadirin kaget akan tindakan Salman.

Apalagi Khalifah Umar. Kaget mendapat interupsi dari Salman al-Farisy yang orang Persia dan bukan orang Arab. Lebih kaget lagi karena tidak tahu, apa yang dimaksud dengan tidak berbuat adil.

Khalifah Umar dengan lembut, tanpa ada perubahan emosi, kemudian bertanya, "Apa yang ingin kau sampaikan wahai Salman?"

"Aku lihat Engkau, wahai Amirul Mukminin memakai baju dari kain ghanimah yang dibagikan kemarin?" Tanya Salman.

Umar melirik baju yang dikenakannya. "Betul ini Salman. Lalu apa yang salah?"

"Terlihat engkau tidak berbuat adil," tegas Salman. "Kain ghanimah harusnya dibagikan sama rata, baik engkau sebagai khalifah maupun kami sebagai rakyat. Tapi aku lihat engkau mendapatkan kain lebih besar dari yang kami terima. Engkau bertubuh besar dan tinggi, berarti engkau menggunakan kain lebih banyak."

Umar tersenyum lalu memanggil anaknya, Abdullah. "Wahai anakku! Ceritakanlah kepada mereka, kenapa aku menggunakan kain lebih besar dari yang mereka dapatkan."

Abdullah bin Umar pun kemudian menjelaskan. "Wahai Salman dan saudara-saudaraku semuanya. Sesungguhnya ayahku mendapatkan bagian kain sama besar dengan yang kalian dapatkan. Namun, karena tinggi tubuh ayahku ini besar dan tinggi, kain itu tidak cukup untuk dibuat baju. Oleh karenanya, aku berikan jatahku pada ayahku, supaya kainnya cukup."

Mendengar penjelasan tersebut Salman pun berkata, "Baiklah! Sekarang perintahkanlah kami, kami akan mendengar dan mentaatinya."

Banyak pelajaran dari kisah di atas, diantaranya:

  • Pemimpin yang adil. Walaupun seorang khalifah, Umar tetap mendapatkan ghanimah  yang sama banyak. Tidak ada hak istimewa baginya.
  • Pemimpin yang bijaksana. Tetap santuy saat menerima kritik, dan memberikan klarifikasi. Tidak lantas menganggap musuh, pihak yang mengkritiknya.
  • Rakyat yang kritis saat melihat hal yang salah pada pemimpinnya, tetapi kemudian menerima dan mentaati pemimpin ketika kritikannya dijawab dan diklarifikasi. Kritik ditujukan pada tindakan pemimpin yang dianggap salah, buka kritik pada pribadi pemimpin yang dilandasi kebencian.

Hari-hari ini kita merindukan sosok pemimpin seperti para Khulafaur Rasyidin.

*Ghanimah = harta rampasan perang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun