Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AMBAK, Membuat Anda Tidak akan Mengantuk Saat Khutbah Jumat

16 November 2020   14:19 Diperbarui: 16 November 2020   15:31 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah AMBAK ini saya dapatkan dari buku 'Mengikat Makna', karya Hernowo. Buku yang terbit tahun 2001 ini menjadi best seller, karena memunculkan paradigma baru tentang membaca dan menulis. Bahkan kemudian buku ini dijadikan semacam acuan atau panduan bagi para penulis tanah air. Salah satu yang menjadi alasannya adalah istilah AMBAK ini.

AMBAK atau 'Apa Manfaat Bagiku' adalah pertanyaan pertama yang harus kita ajukan pada diri sendiri sebelum melakukan sesuatu. Karena, selama kita tidak merasa akan mendapatkan manfaat dari melakukan sesuatu, maka kita tidak akan termotivasi dalam mekakukan sesuatu tersebut.

Dalam buku 'Mengikat Makna' memang pertanyaan tersebut diajukan saat kita akan melakukan aktivitas membaca atau menulis. Namun, sebenarnya konsep AMBAK ini bisa digunakan untuk semua aktivitas atau pekerjaan. Sehingga, ada motivasi kuat untuk melaksanaan pekerjaan tersebut, karena didorong keinginan mendapatkan manfaatnya.

'Apa yang saya dapatkan dengan melakukan ini?' Itu pertanyaan yang harus kita munculkan.

Menariknya, saya mendapatkan penjelasan yang real tentang AMBAK ini justru dari hal yang sederhana, hal yang mungkin bagi sebagian orang sebagai sebuah gurauan. Khutbah Jum'at. Ya, dari fenomena Khutbah Jum'at saya mendapat contoh implementasi dari AMBAK ini.

Kok, Khubah Jum'at? Apa hubungannya?

Begini, ini rahasia kaum Muslimin laki-laki ya ..., Muslim perempuan tidak akan mengetahuinya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap mendengarkan khutbah saat salat Jum'at, penyakit ngantuk menyerang. Bukan sesuatu yang aneh, jika di sebuah mesjid saat Khutbah Jum'at, 10 persen jamaahnya menundukkan kepala, bukan karena khusyu mendengarkan isi khutbah, melainkan karena mengantuk.

Saya kemudian bertanya pada seorang Ustad, bagaimana caranya supaya saat mendengarkan Khutbah Jum'at tidak mengantuk. Ustad kemudian menjawab, bahwa setiap sebelum memasuki masjid untuk salat Jum'at, kita harus memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang baru dari isi Khutbah Jum'at. Baik itu berupa ilmu, pengetahuan atau sekedar informasi. Pokoknya, ada sesuatu yang baru yang didapat dari apa yang disampaikan Khotib.

Dengan adanya keinginan mendapatkan sesuatu yang baru dari isi Khutbah Jum'at, dijamin sejak Khotib membacakan doa pembuka, kita akan fokus mendengarkan isi khutbah, mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan Khotib, sampai khutbah selesai. Bila perlu, ini kata Ustad lagi, kita membawa kertas dan ballpoint untuk mencatat materi khutbah, terutama bagian-bagian yang baru itu.

Implementasi AMBAK saat mendengarkan Khutbah Jum'at ini kemudian saya lakukan. ternyata nasihat dari Ustad tersebut terbukti. Sekarang, setiap mendengarkan Khutbah Jum'at, mata saya selalu terjaga, saya memperhatikan apa yang disampaikan Khotib, dan bersiap untuk mendapatkan sesuatu yang baru dari khutbahnya. Mata saya terus terjaga sampai khutbah berakhir, walaupun kemudian ternyata saya tidak mendapatkan sesuatu yang baru. Karena, isi khutbah yang disampaikan telah saya ketahui sebelumnya.

Dari kasus Khutbah Jum'at itu, saya semakin yakin bahwa dengan menerapkan AMBAK setiap melakukan pekerjaan atau aktivitas, akan membuat saya semakin termotivasi untuk melakukan sesuatu itu dengan benar.

Saya renungkan lagi, ternyata konsep AMBAK ini sejalan dengan apa yang disabdakan Rasulullah SAW 15 abad silam. Beliau bersabda,

"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju." (HR. Bukhari dan Muslim)

Faktor niat mempengaruhi hasil dari sebuah amal. Dalam konteks hadits di atas, memang semua amal, pertama kali harus diniatkan atau didasari bahwa kita melakukannya karena Allah dan Rasul-Nya, tetapi untuk mendapatkan hasil yang optimal dan maksimal dari amal itu, kita pun dapat menyertakan keinginan yang lain. di sinilah posisi AMBAK itu.

Setelah mengucapkan basmalah sebelum melakukan sesuatu, kita harus memiliki pertanyaan, 'Apa yang kita dapatkan dengan melakukan ini?' atau 'Apa manfaatnya bagi kita dengan melakukan ini?' Dengan demikian, selain pahala dari Allah, kita pun akan mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut.

Jadi, apakah Anda telah mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari tulisan saya ini? 

Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun