Berbagai upaya itu tidak dapat menghilangkan rasa panas. Karena tidak tahan dengan panas yang dirasakannya, dia menjerit sehingga seluruh istana mendengar jeritan itu. Sehingga, dia dikirim ke tengah lautan dan ditempatkan dalam perahu dengan harapan akan merasa sejuk. Tapi panasnya tak juga hilang. Pada 26 September 1938, Kemal pingsan selama 48 jam karena tubuhnya terlalu panas, dan ketika sadar dia mengalami hilang ingatan.
Ketika Kemal At-Turk meninggal, tidak seorangpun yang mau memandikannya, mengafani dan menshalatkan. Mayatnya terpaksa diawetkan selama sembilan hari sembilan malam, sehingga kemudian adik perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan, mengafani dan mensalatkannya.
Tidak hanya itu, Allah swt menunjukkan lagi balasan sebagai azab ketika mayatnya dibawa ke kuburan. Saat mayatnya hendak dikubur, tanah tidak mau menerimanya sehingga mayatnya ditanam di dalam batu marmer. Karena putus asa, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam Museum Etnografi di Ankara selama lima belas tahun sampai tahun 1953.
Selama lima belas tahun, mayatnya hendak dikubur kembali, bumi sekali lagi tak menerimanya. Habis sudah segala upaya, mayatnya kemudian dibawa ke suatu bukit, ditanam dalam satu bangunan marmer yang beratnya 44 ton. Mayatnya ditanam di celah-celah batu marmer. Ulama-ulama Turki saat itu mengatakan, "bukan hanya bumi Turki, tetapi seluruh bumi Allah tidak mau menerima Kemal Ataturk."
"Dan janganlah kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu hanya diberi penundaan, sampai tiba hari ketika mata-mata terbelalak." (QS. Ibrahim(14): 42)
Imam al-Husain bin Mas'ud al-Baghawi di dalam kitab tafsirnya, Ma'alimut Tanzil, menuturkan bahwa ayat di atas merupakan pelipur bagi orang-orang yang dizalimi dan ancaman bagi siapa saja yang berbuat zalim.
Begitulah nasib penguasa yang berada di balik kehancuran khilafah Islam. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran sejarah runtuhnya khilafah ini.