Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nasib Si Penolak Khilafah

2 Agustus 2020   08:59 Diperbarui: 2 Agustus 2020   09:04 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun 1924, tepatnya tanggal 3 bulan Maret, secara resmi khilafah Islam dinyatakan tidak ada, dan tersisa adalah negara-negara Islam yang terkotak-kotak atas nama nasionalisme. Bagaimana kekhalifahan Islam bisa berakhir? Apa peran negara (pihak) non Islam dalam runtuhnya khilafah ini? Silahkan buka saja lembaran-lembaran sejarah.

Di sini saya menganggap wajar kalau sebagian umat Islam menginginkan kembali sistem kekhilafahan, karena orisinalitas pemerintahan Islam itu berbentuk khilafah (dipimpin oleh seorang khalifah). Dan, saya menganggap wajar juga kalau sebagian umat Islam di Indonesia menolak isu khilafah, karena sistem khilafah itu tidak bisa berdiri hanya di satu negara (saya mengenyampingkan motivasi penolakan khilafah ini dari pengaruh orang atau pihak yang tidak suka Islam).

Baik, kembali saya menegaskan bahwa tulisan ini bukan untuk ikut dalam perdebatan menolak khilafah atau tidak. Tetapi hanya membuka lembaran sejarah, khususnya ketika kekhalifahan Islam berakhir. Tentu ada cerita sebelum kekhilafah Islam ini berakhir. Ada sejarah panjang di balik keruntuhan khilafah Islam ini. Karena, penyebab keruntuhan ini bukan saja diakibatkan oleh faktor eksternal, tetapi faktor internal juga tidak sedikit dan tidak sederhana.

Berbicara runtuhnya khilafah Islam tahun 1924, tidak bisa tidak kita harus membicarakan seorang tokoh yang berada di balik keruntuhan tersebut. Dia lah, Mustafa Kemal At-Turk. Seorang tokoh Islam yang berpihak kepada asing (Inggris dan negara Eropa lainnya).

Perang Dunia I tahun 1914 M dimanfaatkan oleh Inggris untuk menyerang Istanbul, dan menduduki Gallipoli. Dari sinilah, kampanye Dardanelles yang terkenal itu mulai dilancarkan. Pendudukan Inggris di kawasan ini juga dimanfaatkan untuk mendongkrak popularitas Mustafa Kemal, yang sengaja dimunculkan sebagai pahlawan dalam Perang Ana Forta, tahun 1915 M. Mustafa Kemal, seorang agen Inggris keturunan Yahudi Dunamah dari Salonika itu, akhirnya menjalankan agenda Inggris: melakukan revolusi kufur untuk menghancurkan Khilafah Islam.

Pada tanggal 21 November 1923 terjadi perjanjian antara Inggris dan Turki yang dikenal dengan "Persyaratan  Curzon". Isi perjanjiuan tersebut: Turki harus menghapuskan Khilafah Islamiyah, mengusir Khalifah, dan menyita semua harta  kekayaannya; Turki harus menghalangi setiap gerakan yang membela Khilafah; Turki harus memutuskan hubungannya dengan Dunia Islam serta menerapkan hukum sipil sebagai pengganti hukum Khilafah Utsmaniyah yang bersumberkan Islam.

Persyaratan tersebut diterima oleh Mustafa Kemal dan perjanjian ditandatangani tanggal 24 Juli 1923. Delapan bulan setelah itu, tepatnya tanggal 3 Maret 1924, Mustafa Kemal mengumumkan pemecatan Khalifah, pembubaran sistem Khilafah, mengusir Khalifah ke luar negeri, dan menjauhkan Islam dari negara.

Sejak saat itu Mustafa Kemal At-Turk menerapkan deislamisasi di Turki. Dia menjadikan sekularisme sebagai agama, Barat didaulat sebagai kiblat budaya bangsanya. Dia melarang busana-busana islami, sebaliknya mewajibkan pemakaian busana Barat. Dalam beberapa tahun saja, Mustafa Kemal berhasil menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha serta melarang kaum muslimin di negerinya melaksanakan ibadah haji. Dia juga menutup dan mengubah Mesjid Besar Aya Sofya menjadi sebuah museum. Dia juga membatalkan cuti hari Jum'at, melarang adzan dalam bahasa Arab dan mengubahnya dengan bahasa Turki. Selain itu, Kemal turut menghapus penggunaan huruf-huruf Arab dalam penulisan dan menggantinya dengan huruf Latin.

Lalu, apa yang terjadi dengan Mustafa Kemal At-Turk?

Apa yang dilakukan Mustafa Kemal adalah melawan (aturan) Allah. Tentu Allah swt tidak diam. Mustafa Kemal mengalami nasib yang tragis. Menjelang kematiannya, Allah swt mengirimkan berbagai penyakit kepadanya. Alhasil, dia merasakan siksaan yang demikian dahsyat. Di antaranya penyakit kulit sampai ke kaki. 

Gatal yang menyiksa terasa di sekujur tubuhnya. Tidak hanya itu, sakit jantung, darah tinggi, dan panas sepanjang waktu. Sejak itu, Kemal tidak pernah merasakan sejuk sehingga pemadam kebakaran menyiram rumahnya sepanjang 24 jam. Para pembantunya juga diperintahkan untuk meletakkan potongan-potongan es di dalam selimutnya untuk mendinginkan tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun