“Oh iya maaf. Aa seneng banget soalnya Neng.” Kata ku sambil senyum tersipu malu.
Tak terasa usia kehamilan istri ku sudah mendekati hari perkiraan lahiran tinggal menghitung hari. Tak sabar rasanya melihat bayi mungil yang lucu yang akan menjadi penyejuk hati dan penerus generasi keluarga.
Bentuk tubuh istriku saat ini sudah sangat beda dari awal kita bertemu dulu ketika dia masih imut dan langsing.
Sekarang tubuhnya semakin melebar dan perutnya semakin membuncit ke depan karena mengandung jabang bayi dari hasil benih cinta kita berdua.
Sabtu 5 November 2005 pukul 12.15 ketika terdengar lantunan merdu suara adzan zuhur lahirlah seorang bayi perempuan yang mungil dan cantik dengan proses persalinan secara vacuum di rumah sakit persahabatan.
Ku dengar dari luar kamar persalinan suara tangisan bayi yang melengking. Oh Tuhan semoga semuanya Engkau mudahkan sehatkanlah istriku dan bayi kami. Kemudian seorang suster memanggil ku.
“Keluarga Ibu Fitrie Anggraeni!” teriak bidan.
“Iya Bu” kata ku.
“Bapak suaminya?” tanya bidan itu.
“Iya Bu saya suaminya”
“Selamat ya Pak bayinya sudah lahir. Jenis kelaminnya perempuan dan semuanya normal. Istri Bapak masih tidur. Kalau mau mengadzankan bayinya silahkan Pak” kata Bu bidan.