Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah saya benar-benar menggunakan ini?
- Apakah barang ini memberi kebahagiaan atau nilai dalam hidup saya?
- Jika saya membuangnya, apakah saya akan benar-benar merindukannya?
Jika jawabannya tidak, mungkin saatnya barang tersebut pergi.
3. Fokus pada Kebutuhan, Bukan Keinginan
Sering kali kita menyimpan barang “untuk jaga-jaga” atau karena suatu saat mungkin berguna. Tapi kenyataannya, sebagian besar barang tersebut tidak akan pernah digunakan lagi. Decluttering mengajarkan kita untuk fokus pada apa yang dibutuhkan sekarang, bukan yang mungkin dibutuhkan nanti.
4. Proses Bertahap
Decluttering bukan berarti Anda harus merombak seluruh rumah dalam semalam. Mulailah dari area kecil, seperti satu laci, meja kerja, atau rak buku. Langkah kecil ini akan menciptakan momentum.
Contoh Praktis Decluttering
Berikut cara saya mempraktikkan konsep decluttering di rumah:
- Lemari Pakaian: Saya mulai dengan menyingkirkan pakaian yang tidak pernah saya pakai selama satu tahun terakhir. Rasanya seperti melepaskan beban!
- Dapur: Barang-barang seperti gelas pecah, peralatan dapur yang sudah rusak, atau bumbu kadaluarsa menjadi prioritas untuk dibuang.
- Kertas dan Dokumen: Setelah memilah-milah, saya sadar banyak dokumen yang sudah tidak relevan dan bisa didaur ulang.
Manfaat yang Saya Rasakan
Setelah menerapkan konsep decluttering, rumah saya terasa lebih luas—walaupun ukuran fisiknya tetap sama. Lebih penting lagi, saya merasa lebih fokus dan tenang. Waktu pagi yang biasanya dihabiskan mencari barang berubah menjadi waktu menikmati kopi tanpa terburu-buru.
Decluttering adalah Gaya Hidup