Mohon tunggu...
MILASARI SETIYADEWI
MILASARI SETIYADEWI Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

fangirl 24/7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Strawberry Lips

24 November 2022   19:30 Diperbarui: 24 November 2022   19:34 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Plak

Tepat sasaran, batin wanita yang sudah berhasil menampar tadi. Amara hanya terdiam setelah mendapat tamparan dari wanita gila didepannya. Satu kelas menjadi saksi bisu atas kejadian tak terduga itu. Atas dasar apa wanita gila ini berani menamparnya.

"Kamu wanita jalang yang sudah merebut pacarku kan?" bentak wanita tadi dengan mata yang hampir keluar dari tempat jika saja teman di sampingnya tidak menahannya.

Amara hanya membisu tak mengindahkan pertanyaan wanita gila itu. Bukannya takut atau menangis,  Amara justru menatap wanita di depannya dari ujung atas sampai ujung kaki dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Wanita di depannya berteriak lagi, mengeluarkan sumpah serapah kepada Amara. Lagi-lagi Amara hanya terdiam, tidak mengindahkan ucapan wanita didepannya.

Sampai pada ujung kesabarannya wanita gila itu menarik rambut Amara dengan kuat. Menariknya dengan sekali hentak. Teman sekelasnya yang berdiam diri memperhatikan kini membantu melerai. Menjauhkan wanita gila itu dari Amara.

"Dibayar berapa kau oleh pacarku untuk menjadi wanita jalang," teriak wanita gila itu sekali lagi.

"Cukup." Amara sudah hilang kesabaran. Ia menghela napas dalam dalam dan membuangnya dengan kasar. Semua temannya terdiam.

Jujur saja Amara sudah tahu ini akan terjadi padanya. Pilihannya untuk membantu Jovan hari itu tidak membuatnya menyesal. Ia justru senang sudah membebaskan Jovan dari wanita gila didepannya ini.

Malam itu, tempat kerjanya tengah ramai pengunjung. Sebenarnya tempat kerjanya itu memang tidak pernah sepi dari pengunjung tapi malam ini dua kali lipat ramainya. Amara bekerja sebagai pelayan bar di sebuah club malam terkenal di tengah kota Jakarta. Tugasnya hanya mengantar minum kepada pelanggan. Tak sedikit pria yang mencoba menggoda Amara selama bekerja. Namun Amara tidak pernah merespon sedikitpun godaan mereka.

Saat mengantar pesanannya di salah satu meja. Ia cukup terkejud dengan apa yang dia lihat kala itu. Baiklah ini bukan yang pertama kalinya kau melihat pemandangan seperti ini, batinnya. Namun tidak bisa ia pungkiri kali ini ia benar benar terkejut. Sebab yang ada di hadapannya yaitu sosok wanita berpakaian sangat minim tengah melakukan hal yang tidak senonoh dengan pria yang bisa dikatakan lebih tua dari mereka. Terlebih wanita dihadapannya adalah teman sekolah menengahnya yang cukup populer. Ok, aku akui pria itu memang tampan. Tapi bagaimana bisa, bukankah wanita itu sudah memiliki kekasih yang cukup populer juga di sekolahnya.

Namun Amara memilih untuk tidak acuh. Ia segera menjauh dari meja dan keramaian. Amara melangkahkan kakinya menuju pintu belakang tempat pembuangan sampah. Ia menghela napas dalam dalam membiarkan udara kota menggerogoti paru parunya, lalu membuangnya dengan kasar. Merasa sudah cukup sesi istirahatnya Amara segera kembali ke dalam tempat kerja.

Grab

Tangan Amara tiba tiba ditarik oleh sosok pria tinggi berbalut kaos putih dan jaket leather hitam dipadukan dengan celana skinny jeans. Ia mengangkat kepalanya melihat sosok pria tidak sopan itu. Wajahnya seperti dipahat. Mata yang tajam seperti serigala. Sebelum pria tersebut mencuri ciuman pertamanya mereka beratatapan selang beberapa detik bibirnya mengucapkan sesuatu yang tak bisa didengar oleh Amara. Amara tidak bereaksi apapun, tidak menolak ataupun menerima. Yang ia lakukan hanya terdiam dengan mata terbuka karena terkejut. Bibir mereka masih bertaut dalam waktu yang cukup lama. Melihat tidak ada reaksi apapun dari wanita yang diciumnya, pria itu melepaskan tautan bibirnya

"Bales ciuman gue kalo lo ga mau dipecat dari sini," bisik pria itu pada Amara. Bukankah seharusnya Amara harus marah dan menolaknya. Namun entah setan dari mana yang merasuki Amara malam itu berkata jika ia harus membalas cumbuan pria di hadapannya.

Jovan, pria yang berani mencuri first kiss Amara itu menempelkan bibirnya pada Amara, lagi. Jovan fikir ia tidak akan mendapat balasan. Diluar dugaan, Amara justru membalas cumbuan Jovan. Oh shit! Kenapa mendadak hati Jovan berdebar? Ini bukan pertama kalinya ia melakukannya. Tapi ini berbeda. Rasanya manis, ia tak ingin melewatkan kesempatan itu.

Kini keduanya sama sama tenggelam dalam ciuman yang mesra. Tanpa memperdulikan wanita yang tak jauh dari mereka sedang menatap penuh amarah. Renata. Wanita yang tadi bercumbu dengan pria lebih tua darinya. Renata tidak pernah menyangka jika pacarnya-jovan- akan menemuinya di club malam ini. Disaat posisinya tengah bercumbu mesra dengan pria tua tadi, tiba tiba Jovan mengumpatinya membuat Renata mati kutu. Tanpa mendengar dan basa basi Jovan meninggalkan Renata. Ia menarik lengan salah satu pelayan yang tak asing.

Entah inisiatif dari mana Jovan tiba tiba menciumnya. Namun sebelum sebelum ia mencuri bibir manis itu ia sempat meminta maaf yang bahkan tidak terdengar oleh Amara. Jovan tak menduga jika ia akan terhipnotis dengan bibir manis Amara. Benar-benar manis dan lembut. Rasanya seperti stroberi kesukaannya. Saat Amara membalas ciumannya, Jovan semakin gila dibuatnya.

Renata, ia segera keluar dari club. Ia tak kuasa menahan amarahnya melihat pacarnya tengan mencium wanita lain. Sedangkan dua sejoli itu tetap pada posisinya. Tidak ada yang mau melepaskannya. Amara pun juga sama. Ia sama sama terhipnotisnya dengan bibir lembut Jovan.

"Seharusnya lo yang ngaca siapa yang jalang disini." Jovan datang di waktu yang tepat. Menyelamatkan Amara sebelum mantan pacarnya menjadi lebi gila. Jovan menggenggam tagan kanan Amara. Berkata jika sekali lagi ia melihat kekasihnya terluka lagi, ia tak segan-segan akan melaporkannya. Renata hanya terdiam, ia segera meninggalkan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata. Amara? Jangan ditanya. Saat ini ia sedang mencerna perkataan pria gila disampingnya ini.

-End-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun