Mohon tunggu...
Urbanus Rohit
Urbanus Rohit Mohon Tunggu... Mahasiswa - we must study hard

Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengendalian Diri Anak berdasarkan Marshmallow Test

24 November 2021   15:05 Diperbarui: 24 November 2021   17:08 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak memilih untuk tidak memakan marshmallow supaya mendapatkan tambahan marshmallow lagi. Anak mungkin takut melanggar aturan karena bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya.

Alasan anak mampu mengendalikan diri bertolak belakang dengan anak yang tidak mampu mengendalikan diri. Diketahui bahwa alasan anak tidak mampu mengendalikan diri karena pada usia ini anak mengalami proses perkembangan moral. 

Proses ini menyebabkan anak pasti membuat pelanggaran-pelanggaran seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock. Dengan demikian anak menjadikan dirinya tidak patuh terhadap aturan yang telah disampaikan. 

Anak mungkin merasa tidak ada hukuman yang lebih berat karena memakan satu buah marshmallow. Pada usia ini juga, anak bisa saja melupakan peraturan yang telah diberitahu oleh orang dewasa. Mereka bahkan tidak mampu menunda keinginannya dan merasa bosan, sehingga mereka  memakan 1 (satu) buah marshmallow yang ada di hadapan mereka, tanpa menunggu hadiah atau tambahan 1 (satu) buah marshmallow lagi.

 

  • Keterampilan Pengendalian Diri Anak

Keterampilan untuk mengendalikan diri pada anak dalam konteks Marhmallow Test dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dari setiap anak. Salah satu yang menjadi aspek penting dalam perkembangan kognitif anak adalah fungsi eksekutif. 

Fungsi ini merujuk pada proses kognitif kompleks seperti berpikir, menerima informasi, menyusun perencanaan, dan memecahkan suatu masalah. Anak-anak 3-4 tahun termasuk ke dalam anak usia prasekolah. 

Dikemukakan bahwa pada usia ini fungsi eksekutif bekerja dalam kecakapan kognitif, seperti menahan diri atas implus otomatis, menjadi fleksibel secaara kognitif, memilih tujuan, dan memutuskan untuk menunda kesenangan yang bersifat tiba-tiba demi sesuatu yang lebih bermanfaat (dalam Laura A. King 2016:383-384). 

Maka dari itu, orang tua berperan penting dalam memengaruhi perkembangan fungsi eksekutif pada anak. Orang tua menjadi tolak ukur bagi anak untuk belajar menumbuhkan fungsi eksekutif dan pengendalian diri.

Fungsi eksekutif bekerja dalam diri setiap anak pada usia prasekolah. Anak memperoleh fungsi ini dari cara orang tua memerlakukannya sedari kecil. Secara tidak langsung orang tua memiliki peran penting bagi pertumbuhan kognitif maupun emosional anak. 

Orang tua berperan untuk memberi contoh bagi anak agar dapat  tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mampu mengendalikan dirinya. Anak-anak belajar dari pengalamannya sehingga dapat mengendalikan diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun