Kamis, 20 Juli, sekitar Pkl 11 malam, saat aku lagi asik membaca buku,  tiba-tiba HP aku berdering dengan nomor baru. Agak malas aku mencoba  menjawab telpon. Saat aku menjawab langsung  terdengar perintah..."  Segerah ke Belakang Gereja, Bapak Ditus Muda dan Tinus Sabu menemukan  Penyu. Saya dan mereka ada di sini..." itu adalah Suarah Om saya, Anis  Uran, Ketua Kelompok Pengawas Laut Kecamatan ILe Bura.  Sesegerah aku  sambar Kameran Nikon aku dan bergegas menuju lokasi. Dalam Hati aku  bertanya, " Bisa ya, Penyu datang bertelur waktu gelap". Biasanya Penyu  bertelur waktu ada cahaya bulan.....
Tiba  dilokasi, saya langsung melakukan shooting proses pengamanan Penyu.  Karena Penyu harus diamankan sampai hari Jumad, tgl 21 Juli agar Petugas  dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Flores Timur datang  melakukan pengukuran dan pemberian tanda. Lokasi telur penyu telah  ditandai dan esoknya dipagari dengan seng.
Jumad,  21 Juli 2017, saat Matahari Menyibak Tirainya, Cerita Penyelamatan  Penyu segerah menyebar dan masyarakat pun berbondong- bondong ke lokasi.  Selama ini jika ada penyu yang dtemukan waktu bertelur maka Penyu  tersebut langsung dieksekusi dan telurnya pun diambil. Tetapi Kisah hari  itu menjadi Kisah Baru, karena Penyu diselamatkan.....
Semunya Berawal dari sini......
Tanggal  1 Juni 2017, Desa Birawan menyelenggarakan Kegiatan Seminar Budaya  dengan Tema " Birawan Menuju Pembangunan Desa Berbasis Budaya Ekologis".  Satu dari sekian komitmen dari seminar ini adalah Konservasi Penyu dan  Telur Penyu. Gaung dari komitmen ini mendorong seluruh masyarakat untuk  terlibat aktif dalam penyelamatan Penyu dan Telur Penyu. Sejak kegiatan  seminar ini, Masyarakat Birawan, telah menemukan tiga lokasi penyu  bertelur.Â
Dua kali di Dusun Lewouran dan 1 kali di Dusun Lewotobi. dan  Temuan keempat Induk Penyu dan Telurnya. Cerita lain adalah saat air  surut pada malam hari dan masyarakat pergi mencari ikan yang disebut  "Nyulu" beberapa masyarakat menemukan penyu dan mereka tidak menangkap.  Bapak Philipus Witin menceritakan pengalamanya, beliau menemukan penyu  yang terperangkap di lokasi air surut lalu beliau menggendong penyu dan  melepaskan di luar lokasi air yang surut. Cerita Bapak Philupus dan yang  lain hanya mereka sendiri yang menyaksikan tetapi kisah pagi itu, 21  Juli 2017 menjadi kisah perdana, Kisah Dialog manusia dengan alam.
Sekitar  Pkl 10 pagi, petugas dari DKP Kabupaten Flores Timur tiba dan melakukan  pengukuran, penandaan penyu serta pengobatan. Setelah itu dilakukan  pelepasn. Proses pelepasan penyu hari itu merupakan momentum Perdana  penyelamatan penyu.Â
Masyarakat  beramai-ramai menghantar penyu ke laut. Momen yang sangat mengharukan  adalah  saat Penyu ketika telah tiba di bibir air laut dan telah  diselimuti oleh gelombang, Penyu memutar tubuhnya menantap masyarakat.  Aku begitu dekat dengan penyu. Aku menyampaikan "Tolong angkat kepalamu agar aku bisa foto lebih baik" dan Penyu pun mengangkat kepala".Â
Bagi aku ini merupakan sesuatu yang  sangat menyentuh jiwaku. Penyu seolah -olah enggan pergi. Kami pun  menyampaikan " Pergilah, Telurmu aman di sini. Bapak Tinus, orang yang  menemukan penyu, terpaksa memutar tubuh penyu menghadap laut dan Penyu  pun bergerak menuju laut. Gelombang sesegerah membungkus tubuhnya dan  teriakan pamitan dari masyarakat " Selamat Jalan" membahana mengiringi  Penyu mengarungi selat Lewotobi.
Aku,  merasa bangga menjadi bagian dari keseluruhan momentum ini. Kajian  budaya yang aku lakukan sebagai bahan dalam Seminar Budaya ternyata perlahan membuahkan hasil. Komitmen aku bersama rekan-rekan yang lain,  Sdr Nikolaus Nara, Sekretaris Desa Birawan,  Kanisius Uran, Wilibrodus Suban Aran, Paulus Senggo Hokeng dan yang lain telah membantu Kades  Birawan untuk mewujudkan harapan membangun Desa berbasis budaya.