Mohon tunggu...
Faby Uran
Faby Uran Mohon Tunggu... Petani -

aku anak Petani, rindu kembali menjadi Petani, membangun kampung halaman.\r\nDengan menulis, kubingkai potret kehidupan berpanorama sudut waktu antara garis pantai dan bukit ladang, kudendangkan sekuat deburan ombak, mewartakan kearifan Lokal yang harus dilindungi, kuletakan jiwaku di belantara pencaharian ini untuk generasi selanjutnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menarasikan Spirit APBDes

18 Juli 2017   21:27 Diperbarui: 18 Juli 2017   22:08 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Refleksi atas  Komunikasi Pembangunan

Baliho APBDes Desa Birawan di Kecamatan Ile Bura Kabupaten Flores Timur dengan  ukuran empat kali enam meter terpapang menggoda setiap orang. Godaan pada deretan potret dan angkah-angkah, pada rangkaian program tahunan. Semuanya terpapang jelas, bukan hanya angkah gelondongan tetapi sampai pada jumlah rupiah untuk  konsumsi sebuah kegiatan. Terpampang tegak di pinggir jalan seolah mengajak setiap insan yang lewat untuk berhenti sejenak membaca rangkaian program.

Baliho APBDes hanyalah satu dari sekian media dan cara pemerintah desa menarasikan prinsip keterbukaan dalam tata kelola pemerintahan desa. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan dokumen yang lahir dari harapan publik dan ia terbuka untuk dibaca, dipertanyakan, didukung juga untuk dikritisi. Biasanya yang suka mengkritisi dan menentang  adalah orang-orang yang umumnya  tidak terlibat sejak awal pembahasan di tingkat dusun serta memiliki pemahaman  terbatas.

Sebagai sebuah dokumen yang lahir dari suara, harapan publik, APBDes harus terus menerus disosialisasikan termasuk progres realisasi dan perencanaan yang akan dilakukan. Pemerintah hendaknya memanfaatakan setiap momentum pertemuan dengan warga untuk mengkomunikasikan progres implementasi APBDes. Proses komunikasi APBDes adalah sebuah seni Menarasikan Spirit APBDes.

Mengapa Perlu Menarasikan Spirit APBDes?

Struktur sosial budaya masyarakat Desa adalah masyarakat yang suka dengan cerita-cerita. Mereka suka  berkumpul untuk sebuah cerita. Mengharapkan masyarakat membaca dokumen APBDes kemungkinan sangat kecil dan biasanya hanya dibaca oleh segelintir orang saja. Masyarakat umumnya lebih tertarik mendengar secara langsung. Ruang dialog yang disebut "Genua Ulu" adalah media yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan nilai dari struktur APBDes. 

Umumnya komunikasi yang dibangun hanya sebatas pada struktur anggaran dan rencana kerja saja tetapi nilai-nilai kehidupan yang hendak dibangun, dikemas, dikembangkan lupa untuk diceritakan. Sebuah pesan menjadi bermakna dan berdaya guna ketika pesan tersebut mampu menggerakan hasrat, jiwa orang untuk bergerak maju, mendukung sebuah program. Hal yang menggerakan jiwa orang adalah nilai luhur yang selama ini dilakoni tetapi tidak mampu dibahasakan, nilai yang selama ini diharapkan tetapi masyarakat gagap dalam menterjemahkan struktur nilai tersebut dalam struktur legalitas pembangunan.

Proses komunikasi APBDes adalah proses menarasikan pesan, nilai-nilai yang diperjuangkan bersama-sama, nilai-nilai yang diharapkan. Masyarakat didorong untuk bergerak melintasi batas stuktur keuangan menuju sebuah kesadaran akan keluhuran nilai yang menjiwai dan sebagai roh penggerak dalam kehidupan sosial budaya, dalam kesatuan relasi kosmic. Proses kesadaran menurut Randall Cassey " Muncul kesadaran  bahwa unsur-unsur tradisional dari masyarakat zaman sekarang memasuki saluran-saluran komunikasi  yang dapat menjadi  sarana untuk merangsang pembangunan pedesaan dan yang sesuai dengan media massa dan para pekerja eksistensi. Saluran-saluran ini merupakan media  rakyat yang  menggunakan  idiom-idiom lokal  dan berbasis rakyat".

 Pendapat Randall Cassey ini menegaskan bahwa proses komunikasi pembangunan harus mampu dikemas dalam khasana lokal.  Sementara itu, pemerintah, menurut Dany Vardiansyah harus mampu mengemas komunkasi pembangunan yang disebut " Tindakan Komunikasi ". Menurut Dany, tidak semua tindakan manusia adalah tindakan komunikasi karena harus dilandasi  motif komunikasi. Tindakan komunikasi dengan metode  melalui "apa yang dipunyai" masyarakat disadarkan akan keluhuran nilai dari setiap aspek pembangunan. 

Penggunaan idiom-idiom adalah cara menyampaikan pesan tanpa menggurui. Karena kesadaran  lahir dari sebuah proses permenungan. Cerita timbul kesadaran masyarakat di Desa Birawan yang mulai berupaya melindungi penyu dan telur penyu adalah satu contoh kecil bagaimana  peran komunikasi  berbasis khasana tradisi sungguh  mengefektifkan pesan konservasi penyu. 

Hal ini dipertegas oleh  Schramm" Hanya  pada saat komunikasi dapat membangun dirinya sendiri ke dalam stuktur sosial sajalah, komunikasi akan menunjukkan  harapan  yang sebenarnya dari hasil-hasil  eksistensinya. Hanya pada saat saluran-saluran media dapat bergabung dengan saluran-saluran pribadi dan organisasi di desa, Anda akan mendapatkan jenis pembangunan yang Anda inginkan".

Pendapat Schramm menegaskan bagaimana membangun kesadaran sosial melalui kesadaran individual-individual. Kesadaran personal akan menggairahkan dan menggerakan kesadaran individu yang lain. Di sinilah disebut komunikasi dapat membangun dirinya sendiri karena  pesan yang terkandung di dalamnya sebagai sebuah spirit yang menggerakan manusia dalam kehidupan sosial budaya. Senada dengan Schramm,  Jayaweera menegaskan komunikasi pembangunan adalah " As an Integral part of development, and communication as a set of variables instrumental in bringing about development". Tanpa sebuah tindakan komunikasi yang baik maka pesan pembangunan akan kehilangan  arah, dan partisipasi masyarakat sebagai pilar utama dalam pembangunan di desa akan terus menjadi sebuah tantangan. Piere James menjelaskan bahwa   target ruang kesempatan berpartisipasi  masyarakat dalam pembangunan adalah sasaran  utama dari komunikasi pembangunan yang dilihat sebagai sebuah proses sosial.

Aspek lain dari menarasikan spirit APBDes adalah pendokumentasian keseluruhan proses sebagai sebuah diary kehidupan sosial masyarakat. Setiap momentum harus mampu ditangkap, dikemas dalam sebuah refleksi. Karena setiap momentum tidak hanya menceritakan tentang kisah saat sejarah itu ditulis tetapi ia serentak mewariskan sekian nilai-nilai kehidupan.

Tugas menarasikan Spirit APBDes serentak menuntut para penutur untuk memberikan kesaksian hidup. Spirit keterbukaan, kejujuran, kerjasama, tidak manipulatif, berani mempercayakan bawahan mengembang tugas, berani memberikan koreksi dan teguran dan siap untuk mendengar kritikan. Struktur  nilai  dalam kehidupan sosial masyarakat menuntut para pemimpin, para penutur menunjukkan jati diri sebagai orang yang layak dan pantas dipercayai. 

Ketika seorang pemimpin tidak jujur, ketika seorang tokoh, contoh seorang  guru, atau orang-orang berpendidikan dalam keseharian hidup tidak berkontribusi nyata dalam pembanguan desa, atau terus hadir hanya memberikan kritikan tanpa ada tawaran solusi atau tawaran design program yang strategis, maka masyarakat dalam diam menjadi ragu. Bagaimana mungkin sebuah pesan nilai dapat mentrasformasi orang jika si pembawa berita dalam kesaksian hidup tidak merefleksikan nilai-nilai luhur kehidupan?.

Kesadaran menarasikan Spirit APBDes hendaknya menjadi sebuah keterpanggilan dari setiap pemimpin yang diberikan mandat, juga dari segenap masyarakat yang dianggap mampu mengkomunikasikan pesan -- pesan nilai  dari strukur program, keuangan APBDes. Para pemimpin dan semua yang berkehendak baik hendaknya terus mengolah segala potensi agar mampu melakukan tindakan komunikasi yakni menjadi pembawa kabar sukacita. 

Tindakan komunikasi yang dilandasi oleh motif membawa pencerahan, memberikan penjelasan, meneguhkan publik adalah tindakan kerasulan. Tindakan komunikasi dalam menarasikan spirit APBDes adalah proses ziarah dialog sosial budaya, sebuah proses yang tidak hanya berhenti dan dibatasi oleh ruang birokrasi tetapi ruang dan waktu yang harus terus didesign.

Mendesign tindakan komunikasi dalam proses menarasikan spirit APBDes adalah peran dari orang-orang yang disebut Public Relations atau disebut Humas. Para Sarjana   yang pulang kampung dengan Tridharma Perguruan Tinggi sebagai sumber spirit ( syukur jika para para sarjana masih ingat dan menghayati Tridharma perguruan tinggi,), para guru yang dipandang sebagai orang yang membawa pencerahan, para tokoh masyarakat, adat yang dihormati karena kebijaksanaan, para tokoh agama yang terus menyuarahkan suara profetis, dan para pemimpin di tingkat lokal yang diberikan mandat adalah orang-orang yang memainkan peran Public Relations, sebagai jembatan komunikasi. Seorang Public Relatios adalah agen yang harus mampu mengemas komunikasi, yang mampu membahasakan harapan tidak tertulis dan tidak terucap dari masyarakat, yang mampu melakukan refleksi kritis dan menyajikan buah-buah permenungan dalam dialog sosial budaya.

Ruang pemaknaan nilai pembangunan Desa adalah sebuah ruang dan waktu ziarah dialog sebagaimana ziarah dua murid Tuhan menuju Emaus. Apakah anda menyadari bahwa anda seorang PR yang sedang melakukan Ziarah Dialog?

URAN, Faby Boli, S.Ikom. 
Pengamat dan Penulis Sosial Budaya
Tinggal di Lewotobi Desa Birawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun