Mohon tunggu...
Faby Uran
Faby Uran Mohon Tunggu... Petani -

aku anak Petani, rindu kembali menjadi Petani, membangun kampung halaman.\r\nDengan menulis, kubingkai potret kehidupan berpanorama sudut waktu antara garis pantai dan bukit ladang, kudendangkan sekuat deburan ombak, mewartakan kearifan Lokal yang harus dilindungi, kuletakan jiwaku di belantara pencaharian ini untuk generasi selanjutnya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Doa Menguatkan “Anda Tidak Salah Pilih Saya”

22 November 2013   21:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rentang waktu 2000-2005, saya memilih untuk bekerja sebagai petani. Ijazah Diploma saya simpan rapih, dibungkus dengan kain sarung dan simpan dalam lemari. Ketika saat banyak teman bergerak mendaftarkan diri untuk test jadi PNS saya pikul pacul menuju ladang. Menjadi petani sungguh menantang tetapi apakah saya harus terus menjadi petani seperti ini?

Sebuah pergumulan terus menerus. Akhirnya, Oktober 2005 aku putuskan tinggalkan desaku di lereng Gunung Api Lewotobi, Flores Timur menuju Jakarta. Tujuan pertama lanjut kuliah dibiayai oleh saudaraku. Namun kisahnya menjadi berbeda, aku harus mandiri. Aku mencoba melamar kerja.

Setiap Hari Sabtu aku membeli koran kompas untuk mencari lowongan. Antar lamaran, langsung diwawancari dan diterima tapi dengan catatan ” JUALAN PRODUK” tertentu. Wahhhhh. Tidak punya kenalan, modal tidak ada, bagaimana bisa sukses? cari kerja dengan Ijazah Diploma, sepertinya cukup sulit karna berhadapan dengan para Sarjana.

Ditengah kesulitan dan keputusasaan aku terus berdoa. Akhirnya di awal Januari 2006 aku mendapat informasi bahwa ada lowongan di sebuah lembaga sosial. Aku mencoba melamar.

Sebuah tantangan, sistim seleksi adalah para peserta wajib mempresentasikan sebuah makalah tentang sebuah topik yang berkaitan dengan Program Kerja Organisasi tersebut. Sebuah tantangan yang menarik bagi saya.  Dunia tulis menulis sudah aku geluti sejak SMP dan menjadi “Wajib” saat duduk di bangku SMA.

Aku menyakinkan diriku bahwa aku bisa menjawab tantangan ini. Aku ingin membuktikan bahwa seorang putra petani dari desa terpencil di Flores mampu meyakinkan pimpinan bahwa “Anda tidak salah pilih salah”.

Singkat cerita saya diterima bekerja dan terus belajar, mengalami sebuah proses transformasi. Sebuah perjalanan panjang yang mengajari aku untuk menjadi penatalayan yang responsive.

Semoga bermanfaat.

Catatan harian anak Petani

uRAN oNCU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun