Mohon tunggu...
Faby Uran
Faby Uran Mohon Tunggu... Petani -

aku anak Petani, rindu kembali menjadi Petani, membangun kampung halaman.\r\nDengan menulis, kubingkai potret kehidupan berpanorama sudut waktu antara garis pantai dan bukit ladang, kudendangkan sekuat deburan ombak, mewartakan kearifan Lokal yang harus dilindungi, kuletakan jiwaku di belantara pencaharian ini untuk generasi selanjutnya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mereka Melakoni Harapan yang Tak Terpupus

11 September 2013   23:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu sore di penghujung Juni 2013, aku berpapasan beberapa anak di jalan. Suasana masih panas namun mereka terus bergerak, menuju Balai Nelayan untuk latihan tari. Aku hanya berharap semoga sore ini guru tari mereka datang dan mereka bisa latihan. Cepat aku parkirkan motor aku dan bergegas menyusul mereka ke Balai Nelayan. Tidak lama bunyi HP aku berdering, satu SMS masuk. Berharap bukan pesan dari guru tari bahwa dia tidak jadi datang. Langkahku terhenti, sejenak menarik napas menahan kesedihan. Teringat minggu lalu anak-anak bergegas menyusul aku di rumah Produksi Bakso Ikan, bertanya tentang guru tari. Aku coba menghibur mereka bahwa kalau guru tarinya tidak jadi datang lagi kami akan mencari guru yang baru. Dan duka mereka kembali lenyap berganti senyum manis mereka, senyum harapan.

Kata apakah yang tepat untuk aku katakan tentang ketidakhadiran guru tari hari ini? Tuhan tolong bantu aku. Aku bergegas menuju Balai Nelayan. Syukur sudah ada kader di sana. Dengan memberikan isyarat bahwa guru tari tidak jadi datang lagi, kami cepat-cepat mengeluarkan soundsytem tari dari gudang dan menghidupkan musik. Aku mendekati ketua kelompok tari dan berbincang sejenak dengan dia “de, apakah ade bisa pimpin teman-temanmu latihan sambil menungguh guru datang?. Bisa kak... sambungnya cepat.... dan mereka pun larut dalam latihan tari tanpa guru. Aku menepi di sudut balai nelayan dan tanpa sadar air mata membasahi pipiku. Aku sedih karna sekian kali gagal mendatang guru tari yang berkomitmen melatih anak-anak. Dari balik jendela aku menatap, merasakan sukacita mereka, dalam paduan gerak tarian dan musik. Tanpa guru tari mereka terus berlatih....

Secercah Harapan.

Pertengahan bulan Agustus, aku menerima kabar dari koordinator tari bahwa guru tari  yang pertama kali melatih anak-anak ini mau kembali melatih anak-anak karna dia tidak sibuk lagi. Sedikit pesismis tetapi senyum ceriah anak-anak menyadarkan aku bahwa harapan itu tidak boleh pupus. Istilah orang tidak pake lama, pertemuan dengan guru tari pun jadi. Beliau berkomitmen untuk melatih lagi, tidak hilang muncul seperti di awal latihan. Sekedar catatan, sudah ada tiga guru tari dan ketiga-tiganya kurang berkomitmen untuk melatih anak-anak.....

8 September 2013

Di bawah kolong tol RW 10 dan 13 Penjaringan, di hadapan sekitar 1600 anak-anak dan tamu undangan, dalam peringatan Hari Anak Nasional tingkat Kecamatan Penjaringan, mereka untuk pertama kali tampil membawakan tarian,   di luar wilayah mereka. Kelompok tari yang lain sudah tampil beberapa kali termasuk saat peluncuran Jakarta menuju kota layak Anak oleh Jokowi di Kompleks sekolah Buddha Tsu Chi- Cengkareng. Ini adalah penampilan pertama mereka di luar kampung nelayan, Kamal Muara.

Senyum manis mereka merekah, bagaikan sebuah harapan baru.... dan aku bersandar di dinding tiang tol sambil berbisik “Terima Kasih Tuhan untuk Penyelenggaraan Mu ini”

[caption id="attachment_287448" align="aligncenter" width="300" caption="Pengalaman Pertama kali tampil di luar wilayah Kelurahan Kamal Muara"][/caption]

Uran oncu

12 September 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun