Mohon tunggu...
Hesty kurnia sari
Hesty kurnia sari Mohon Tunggu... Ahli Gizi - mahasiswa

mahasiswa universitas airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perawat dan Komunikasi Terapeutik : Kunci Mengubah Keheningan Korban Bullying Menjadi Suara

4 Januari 2025   22:38 Diperbarui: 4 Januari 2025   22:46 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunikasi terapeutik (Kredit ; Hesty Kurnia Sari)

Bullying adalah tindakan yang sering dianggap sepele oleh sebagian orang, namun jika kita melihat kenyataan yang ada banyak sekali kasus bullying terjadi pada anak anak hingga orang dewasa. Tentu saja dampak bullying bisa sangat besar terutama bagi korban. Tak hanya menyebabkan cedera fisik, bullying dapat menimbulkan trauma psikologis yang membekasm serta dapat bertahan lama setelah kejadian itu berlalu. Perawat, sebagai garda terdepan dalam dunia kesehatan, memegang peranan penting dalam memberikan dukungan emosional dan psikologis kepada korban bullying. Peran perawat dalam hal ini melibatkan komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk membantu pasien mengatasi trauma emosional dan mempercepat pemulihan mereka.

Kode Etik pelayanan kesehatan pada profesi perawat dapat merujuk pada Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2019 perawat memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan yang holistik, berfokus pada kebutuhan pasien, dan menjaga keseimbangan hubungan antara pasien, keluarga, serta masyarakat.

Keperawatan Emosional untuk Korban Bullying

Korban bullying sering kali mengalami gangguan psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya rasa percaya diri. Tidak jarang mereka merasa terisolasi dan cemas saat berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya bahkan keluarga. Keperawatan emosional di sini sangat penting, karena fokusnya bukan hanya pada perawatan medis fisik, tetapi juga pada perawatan psikologis yang membantu pasien mengatasi luka batin akibat bullying. Perawat yang terlatih dalam komunikasi terapeutik mampu menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan mereka, yang pada gilirannya akan mempercepat proses pemulihan.

Perawat juga memiliki tanggung jawab untuk membantu pasien mengenali dan mengelola perasaan mereka, serta mendukung mereka dalam mengubah pola pikir yang mungkin terpengaruh oleh peristiwa negatif di masa lalu. Dengan pendekatan yang empatik dan penuh perhatian, perawat dapat membantu pasien mengatasi trauma dan memperbaiki kesejahteraan emosional mereka. Perlu adanya peran keluarga dalam pendampingan pasien untuk memberikan rasa aman dan keberpihakan keluarga dalam periode pengobatan

Komunikasi Terapeutik: Kunci Penyembuhan Trauma

Ilustrasi komunikasi terapeutik (Kredit ; Hesty Kurnia Sari)
Ilustrasi komunikasi terapeutik (Kredit ; Hesty Kurnia Sari)

Komunikasi terapeutik adalah salah satu pendekatan yang digunakan perawat untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien. Melalui komunikasi yang penuh empati dan pengertian, perawat dapat membantu pasien mengungkapkan perasaan mereka dan memberi mereka rasa aman dalam proses penyembuhan. Pendekatan ini tidak hanya melibatkan kata-kata, tetapi juga mendengarkan dengan penuh perhatian, memahami perasaan pasien, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Perawat perlu mengedepankan keterampilan mendengarkan yang baik dan memberi respon yang sesuai dengan kondisi emosional pasien. Dalam beberapa kasus, korban bullying merasa kesulitan untuk berbicara tentang pengalaman mereka karena takut tidak dipahami atau bahkan disalahkan. Oleh karena itu, menciptakan ruang yang aman dan penuh empati bagi pasien sangat penting. Dukungan ini akan membantu korban bullying merasa dihargai dan dimengerti, yang merupakan langkah awal dalam proses penyembuhan mereka.

Kolaborasi Tim Kesehatan dalam Pemulihan Psikologis

Penyembuhan trauma akibat bullying tidak hanya melibatkan perawat, tetapi juga memerlukan kerjasama dengan berbagai tenaga medis lainnya, seperti psikolog, konselor, dan dokter. Kolaborasi ini akan memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang menyeluruh, baik secara fisik maupun psikologis. Perawat berperan sebagai penghubung utama dalam tim medis, yang juga harus menjaga komunikasi yang efektif dengan pasien dan keluarga mereka.

Penyembuhan trauma akibat bullying memerlukan pendekatan yang holistik, mencakup dukungan emosional, edukasi, serta perawatan medis. Kolaborasi tim medis yang baik akan membantu korban bullying dalam memulihkan kondisi fisik dan psikologis mereka, sekaligus mencegah trauma berulang di masa depan.

Kode Etik Perawat dalam Menangani Trauma Bullying

Kode Etik Perawat Indonesia menegaskan bahwa perawat harus memberikan perawatan dengan rasa hormat, menjaga kerahasiaan informasi pasien, serta memperlakukan setiap pasien dengan adil tanpa diskriminasi. Dalam menangani trauma akibat bullying, perawat harus menjaga martabat pasien dan memberikan perawatan yang sesuai dengan standar profesional yang berlaku. Perawat juga memiliki kewajiban untuk terus memperbaharui pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangani berbagai masalah kesehatan, termasuk dampak psikologis yang disebabkan oleh bullying.

Sebagai bagian dari tim medis yang memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memastikan bahwa mereka selalu berkomunikasi dengan pasien secara jujur, menghargai perasaan mereka, dan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk pemulihan. Hal ini sangat penting agar pasien merasa aman, dihargai, dan mendapat perawatan terbaik sesuai dengan hak mereka.

Kesimpulan

Trauma akibat bullying merupakan masalah serius yang membutuhkan penanganan yang menyeluruh karena kondisi psikologis pasien dapat berubah sewaktu waktu. Perawatan emosional dan komunikasi terapeutik menjadi dua kunci utama dalam proses penyembuhan bagi korban bullying. Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam memberikan dukungan emosional dan psikologis, sekaligus menjadi penghubung antara pasien dan tim medis lainnya. Dengan pendekatan yang empatik, komunikasi yang baik, dan penerapan kode etik keperawatan, perawat dapat membantu pasien pulih dari trauma psikologis akibat bullying dan kembali membangun rasa percaya diri mereka.

Perlu adanya edukasi yang mendalam pada profesi perawat dalam menangani kasus emosional seperti trauma pada bullying dan tentunya perlu adanya kolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya seperti psikolog untuk meningkatkan keberhasilan dalam skala kesehatan pasien. Selain kolaborasi perlu adanya komunikasi dan empatik yang baik dalam mengatasi perubahan tingkah laku pasien yang nantinya akan menjadi titik terang untuk pengobatan selanjutnya.

Hesty Kurnia Sari

Mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun