Berkas-berkas penting miliknya di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergiannya. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenangnya. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasinya yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah kira-kira ia akan diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya baginya.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi. Singkatnya, "onggokkan daging dan tulang" yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang memilukan. Sedangkan sisa dari tubuh si mayit akan menjadi bagian dari tanah.
Akhir kehidupan yang sangat mengerikan yang menunggu manusia. Seharusnya menyadarkan diri kita bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang "dibungkus" dalam tubuh. Dengan redaksi lain bahwa kita seharusnya sadar bahwa kita memiliki suatu eksistensi di luar tubuh kita setelah meninggal dunia. Mungkin, ada orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka.
Sangat mungkin, saat anda membaca tulisan ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya: "Katakanlah, "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." (QS. Al-Ahzab: 16).
Kita yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa kita juga akan mati seorang diri. Namun terkadang selama hidup, kita sering hanya mengejar harta benda duniawi. Padahal tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kubur. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat kita bawa setelah kematian hanyalah iman dan amal-amal shalih kita.
Kedatangan ajal kita adalah rahasia Allah Ta'ala, sungguh merugi jika kita tidak menyiapkan bekal yang cukup untuk menyambut kedatangannya yang muncul tanpa aba-aba, permisi dan salam. Kita cermati pesan Jibril AS kepada baginda Nabi kita Muhammad SAW, "Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan mati, cintailah siapa yang engkau suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya." (HR. Hakim, no. 7921).
Waktu amat berharga, wahai saudaraku. Ia tidak mungkin kan kembali setelah berlalu pergi. Sudah siapkah kita jika malaikat maut datang esok hari untuk menjemput ajal kita?. Mari kita buka lembaran hidup baru, di setiap waktu yang baru dengan semangat ubudiyah yang baru dan prestasi iman yang semakin padu. Aamiin Ya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H