Mohon tunggu...
Mochamad Arsad Ibrahim
Mochamad Arsad Ibrahim Mohon Tunggu... Guru - Guru

UPTD SDN 1 Sukajadi Pondoksalam_MDTA Baiturrohman Pasawahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengakhiri tahun 2024 dengan Renungan untuk memperbaiki segala kesalahan dalam kehidupan

31 Desember 2024   14:32 Diperbarui: 31 Desember 2024   14:32 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengakhiri tahun 2024 dengan Renungan untuk memperbaiki segala kesalahan dalam kehidupan (Sumber: Desain Pribadi)

Apa yang kita alami setiap pergantian tahun, yang ada hanyalah semakin berkurangnya umur. Kenapa sebagian orang lebih girang menyambut awal tahun? Padahal ulama dahulu begitu sedih jika makin hari terus dilewati, di mana ajal semakin dekat. Bahkan mereka --para salafunas sholeh-- sampai bersedih jika waktunya berlalu tanpa amal sholih. Yang mereka terus pikirkan adalah ajal yang semakin dekat, namun amal sholih yang masih kurang.

Dalam sebuah Riwayat, Ketika malaikat Jibril diutus Allah untuk mendatangi nabi dan berkata : "Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan mati, cintailah siapa yang engkau suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya." (HR. Hakim, no. 7921).

Beberapa orang merasakan dan berkata setiap pergantian tahun , Tak terasa usia kita telah bertambah satu tahun lagi. Di lain sisi, disadari atau tidak, sejatinya jatah usia kita telah berkurang satu tahun lagi. Itu artinya, perjalanan hidup kita menuju kematian sudah semakin dekat. Pernahkah kita menghitung, orang-orang yang pernah dekat dengan kita semasa hidupnya dan sekarang tinggal menyisakan nama dan kenangan?

Seperti yang tercantum dalam ayat, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Ankabut: 57).

Setiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa terkecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Entah itu pejabat atau rakyat. Bangsawan atau budayawan. Konglomerat maupun orang yang hidup di kolong melarat. Dan begitu seterusnya.Pernahkah kita merenungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Pembicaraan tentang tema kematian sering dicela oleh sebagian kita yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Hampir tiap hari, kita menyaksikan kematian orang lain di sekitar kita dengan sebab dan jalan kematian yang berbeda-beda. Ada yang diawali dengan sakit. Ada yang disebabkan karena kecelakaan. Ada yang sedang pesta miras. Tapi tidak sedikit yang menghadap-Nya saat berlayar di samudera ibadah.

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua "kenyataan" dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan "hari-hari indah" di dunia ini. Sewaktu hidup, kita dapat mengedipkan mata, menggerakkan badan, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh kita. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh seorang anak manusia setelah ia meninggal dunia.

Dimulai saat ia menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, ia bukanlah siapa-siapa lagi, selain "seonggok daging". Tubuhnya yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazahnya akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazahnya dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi tubuhnya. Ini adalah kesudahan cerita seseorang. Mulai saat itu, ia hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburannyaa mungkin sering dikunjungi orang-orang dekat dan keluarganya. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekatnya akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematiannya. Di rumah, ruang dan tempat tidurnya akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang miliknya akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik dan kebanggaannya akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun