Mohon tunggu...
Mochamad Arsad Ibrahim
Mochamad Arsad Ibrahim Mohon Tunggu... Guru - Guru

UPTD SDN 1 Sukajadi Pondoksalam_MDTA Baiturrohman Pasawahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Doa dan Usaha: Mengapa Kehidupan Tak Selalu Sesuai Harapan?

2 Desember 2024   13:58 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:08 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di Balik Doa dan Usaha: Mengapa Kehidupan Tak Selalu Sesuai Harapan? (Sumber: Desain pribadi)

Banyak di antara kita yang suka mengeluhkan kehidupan yang dianggapnya serba susah. Padahal mereka sudah bekerja keras. Bahkan dia sangat rajin beribadah, baik yang sunnah apalagi yang wajib. Sholat lima waktu berjamaah di masjid tidak pernah ditinggalkan. Sholat sunnah Dhuha dan Tahajud pun bahkan diperlakukan seperti sholat wajib. Puasa Romadhon, tak pernah ditinggalkan. Bahkan puasa sunnah Senin-Kamis diperlakukan seperti puasa wajib.

Dalam pandangannya, ibadah yang dilakukan selama ini tidak linier atau tidak berbanding lurus dengan realitas hidup yang serba susah. Padahal mereka berharap dengan ketaatannya beribadah, doa-doanya pun makbul. Dan hidupnya berkecukupan dan bahagia.

Sebaliknya, banyak yang tidak beribadah, bahkan senantiasa bermaksiat dan melakukan kezaliman diberi kesuksesan luar biasa. Hartanya berlimpah, karirnya moncer, usahanya selalu sukses, dan hidupnya sangat bahagia.

Ketaatan beribadah kepada Allah Ta'ala memang kenyataannya banyak dikaitkan dengan urusan dunia. Bahkan banyak di antara kita yang  beribadah karena mengejar dunia.

Hal ini tidaklah salah. Sebab sebagaimana Alloh Ta'ala berfirman dalam Surah Hud ayat 15 artinya: ""Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia dan mereka di dunia tidak akan dirugikan."

Namun dalam surah yang sama ayat 16 Allah Ta'ala mengingatkan yang artinya: "Itulah orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan."

Inilah alasan kenapa Abdurahman bin Auf sering menangis ketika mendapatkan kenikmatan duniawi. Sahabat yg mulia ini khawatir bila kenikmatan di dunia saat ini merupakan nikmat akhirat yg disegerakan. Hingga kelak di akhirat tak didapatkan lagi nikmat-nikmat itu.

Karenanya, luruskan lagi niat-niat kita  beribadah kepada Allah Ta'ala. Dhuha, Tahajud jangan diukur dengan bertambahnya rizki, kesuksesan usaha, melejitnya karir, dan hidup yang berlimpah materi.

Kalau ukuran kesuksesan duniawi ini karena banyaknya Dhuha, Tahajjud, dan Sedekah. Tentulah orang kafir tak ada yg sukses.

Luruskan Niat, sempurnakan usaha, tambah yg wajib dg sunnah lainnya utk menutupi kekurangan yg wajib. Dengan niat begitu maka Insya Allah balasan untuk akhirat kita tetap ada dan urusan dunia dipermudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun