Mohon tunggu...
Upik Triwulandari
Upik Triwulandari Mohon Tunggu... profesional -

Ibu Rumah Tangga Peduli Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Silakan Naikkan LPG Sesuka Sampeyan! Kami sudah Lelah

2 Januari 2014   14:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Oleh : Upik Triwulandari)

---Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang---

Berita kenaikan tabung gas LPG non subsidi 12 kg , mulai 1 Januari 2014,  telah diberitakan di televisi. Kenaikan LPG 12 Kg dari Rp 70.200/tabung menjadi Rp 117.708/ tabung, dan di tingkat eceran bisa tembus harga Rp 135.000 atau bahkan lebih.

Seperti Kutipan saya berikut : (http://bisnis.liputan6.com/read/789135/harga-elpiji-12-kg-naik-mulai-hari-ini )

(PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga Elpiji (LPG) non subsidi kemasan 12 kilogram (kg) menyusul tingginya harga pokok LPG di pasar dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.......

Dengan kondisi ini maka Pertamina selama ini telah "jual rugi" dan menanggung selisihnya sehingga akumulasi nilai kerugian mencapai Rp 22 triliun dalam 6 tahun terakhir).

-------------------------------------

Mungkin pemerintah memandang bahwa yang menggunakan tabung gas LPG 12 kg adalah warga yang mampu.
Jadi mungkin menurut pemerintah , warga yang dipandang mampu bisa dikenai berbagai kebijakan yang bisa membuat pemerintah untung. Bukan rugi.

Sebenarnya ada yang aku cari sekarang ini.

Dimana presidenku yang fotonya aku contreng - dengan segenap jiwa-  saat pemilu dulu ?

Biasanya saat ada kebijakan penting presidenku selalu pidato dengan sangat bijaksana , mendinginkan hati rakyat. Entahlah mungkin aku keasyikan nonton joged massal di salah satu stasiun tv sampai aku tidak tahu acara channel tv lain.

Mengapa ya, presidenku diam saja melihat LPG dinaikkan empat puluh tujuh ribu lebih, belum kalau harga eceran.

Dimana juga wakil rakyatku, yang dulu mukanya juga aku contreng?

Oh mungkin sekarang wakil rakyatku sibuk menghitung dana pensiun lebih dari seumur hidup,  yang akan dia terima meskipun  kerjanya hanya sebentar saja. Jadi tak sempat lagi memikirkan aku- rakyat yang mencontrengnya dulu- yang terasa berat atas kebijakan kenaikan harga LPG ini.

Para pengambil keputusan di atas itu, mungkin berpikir  bahwa warga yang dipandang mampu , sah-sah saja diberi macam-macam aturan. Dengan dalih, kan mereka mampu.

Kalau begitu, mengapa para petinggi negara, para wakil rakyat, dan para pejabat pemerintah harus diberi gaji yang banyak, dana pensiun seumur hidup, diberi fasilitas ini-itu, diberi berbagai macam tunjangan ini-itu yang aturannya dibuat sendiri yang notabene semua itu berasal dari rakyat, baik rakyat mampu atau tidak mampu. Padahal pejabat itu kan  juga termasuk  orang mampu, tetapi tetap saja menerima dana dari uang rakyat. Tak malukah. Tetapi kemudian membuat aturan yang tak peduli memberatkan atau tidak bagi rakyat. Jalan terus aturan.  Emang gue pikirin ! Kan aturan ini buat rakyat yang mampu. Mungkin begitu cara berpikirnya.

Ulala !

Sebenarnya, kami rakyat ini sudah biasa menderita dan bersabar. Bayangkan berabad-abad bangsa kita dijajah, akhirnya bisa merdeka. Buah dari kesabaran.

Namun penderitaan rakyat itu diiringi juga dengan penderitaan pemimpinnya. Pemimpinnya dipenjara, kurban harta, tenaga bahkan nyawa.

Kalau sekarang ? Apakah penderitaan rakyat ini diiringi dengan penderitaan para pemimpinnya ? Para wakil rakyatnya? Maukah para pemimpin  di atas itu sedikit saja berpola hidup sederhana ?

Kami ini sudah lelah, mendengar berbagai pemborosan uang rakyat, berbagai penyelewengan, korupsi dan lain-lain yang membuat kami merasa -maaf- muak.

Ditengah ketidakpercayaan ini, aku harus mengeluarkan uang lebih untuk bisa beli LPG. Padahal uang itu sudah  aku persiapkan untuk beli tahu, tempe, minyak, dan telur. Nah.

Yeah.

Ya sudahlah.

Terserah.

Sampeyan mau apakan negara ini.

Toh palu ada di tangan Sampeyan.

Apalah artinya kami.

Betul.

Apalah artinya kami.

Kami membantah tak ada guna.

Kami menjerit tak digubris.

Kami mengeluh tak akan ampuh.

Kami hanya bisa berdoa.

Mengadu,

Kepada Yang Punya Kerajaan Langit Dan Kerajaan Bumi.

Yang Kekuasaannya jauh lebih dahsyat dari kekuasaan Sampeyan.

Semoga aku,  suatu ketika kelak diberi pemimpin seperti Kanjeng Nabi Muhammad SAW.  Paling tidak mendekati kriterianya.

Yang sederhana, bijak, adil, cinta rakyatnya, penuh pengabdian tak memandang keuntungan.

Bukan pemimpin yang sekedar  mengejar harta dan  kekuasaan.

Ya sudahlah.

Terserah.

Sampeyan mau apakan negara ini.

Hati Kami Sudah Lelah.

(Surabaya, mendung menggelayut di atas kota, Januari 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun