Mohon tunggu...
Jurnalis Lepas
Jurnalis Lepas Mohon Tunggu... Desainer - Mencari uang hanya untuk berbagi

Menulis untuk hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta, Politik dan Pilkada di Tengah Pandemi

7 Februari 2022   12:35 Diperbarui: 7 Februari 2022   12:45 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta disini bukan seperti roman picisan, atau drama korea, atau cinema bollywood, atau bahkan nekat bercinta di tengah semak-semak. Yang menggambarkan perjuagan sang pecinta tatkala mengejar-ngejar pujaan hatinya. Bukan, bukan itu.

Oleh karena itu, maka sudah menjadi keharusan, bahwa apabila kita berpolitik maka haruslah dengan penuh kecintaan yang tulus dan bersungguh dibuktikan dengan perbuatan, kecintaan bahwa yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan-kebutahan pihak yang kita cinta, yakni Rakyat, bukan malah kita hanya menggombali mereka dengan serangkaian kata-kata indah, syahdu namun nihil pelaksanaan.

Itu bukan cinta, itu adalah kemunafikan dan kebohongan yang paling harus kita lawan. Ketulusan dalam berbuat dengan penuh cinta sebagaimana disebutkan diatas, mestilah untuk rakyat. Bukan cinta pribadi, kelompok dan apalagi keluarga. Itu bukan cinta, itu egoisme sempit yang paling buruk yang mesti kita lawan pula.

Sebab apabila cinta rakyat telah dikhianati dengan sikap mementingkan diri sendiri, kelompok dan keluarga, maka hanya ada satu kata, tinggalkan.

Memang, hal itu masih sangat sulit untuk di tumbuhkan apalagi dikembangkan oleh sebagian kita. Apalagi pada dirinya telah menjamur sifat dan sikap dengki, kolot dan prejudis yang kronis. Akan tetapi yakinlah, kita manusia adalah mahluk yang senantiasa meginginkan kebaikan dan kedamaian.

Maka mari sama-sama kita berusaha menghaluskan jiwa kita. Sebab hanya pada jiwa yang bersih dan halus serta tuluslah cinta itu akan bersemayam. Agar, ketika apa yang kita lakukan dalam politik, sekarang dan nanti, bukan karena dorongan-dorongan ingin memusuhi, mengkerdilkan atau bahkan menyerang lawan-lawan kita secara membabi buta, akan tetapi karena rasa cinta kepada rakyat, kepada kemanusiaan.

Semoga dalam perhelatan pilkada kali ini, atau bahkan perhelatan politik kepemimpinan dimanapun dan kapanpun, marilah kita landasi smua fikiran, tindakan dan segala bentuk perbuatan kita semata-mata karena cinta. Cinta itu hidup dan menghidupi. Tanpanya, politik akan binasa, begitu dulu sebaliknya.

Dody Wijaya pada harian Kompas pernah mengatakan, banyak orang takut dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) di tengah Pandemi Covid-19, barangkali Anda termasuk salah satunya. Boleh jadi ketakutan tersebut tidak didasarkan pada landasan yang kuat.

Publik, khususnya 105 juta pemilih di 270 daerah yang akan menyelenggarakan pilkada tentu bertanya apa sih pentingnya pilkada di saat mereka harus berjuang melawan wabah corona ini? Bukankah sekarang lebih penting bagaimana virus corona segera hilang dari muka bumi?

Tak kalah penting, masyarakat kecil bisa kembali bekerja untuk mengisi perut yang telah dikencangkan ikat pinggangnya beberapa bulan ini. Seolah-olah langkah KPU bertentangan dengan logika publik.

Antara melindungi kesehatan vs menjaga demokrasi urusan menunda atau tetap menggelar pemilu di tengah pandemi di berbagai negara pun beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun