Mohon tunggu...
Upik Hastuti
Upik Hastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru_ Grant Sponchorship from TEFLIn, British Council & As Panelist on Asia Teachers Webinar_ SMA N 2 Purbalingga

Saya adalah ibu dari dua anak lelaki yang bahagia dan suka membaca serta menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Lakukan Segitiga Restitusi Jika Mau Anaknya Gagal!

21 November 2022   08:32 Diperbarui: 21 November 2022   08:35 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul ini memang kontroversi kelihatannya, namun dengan menyimak lebih mendalam maka keberhasilan anak, murid dan anak anak di lingkungan sekitar kita akan menjadi tujuan bermasyarakat yang lebih positif dan berdisiplin dari dalam diri dengan tumbuhnya kesadaran. Harapannya masyarakat Indonesia semakin berkualitas jika generasi mudanya ditangani dengan baik dalam proses yang kurang pas dengan norma dan aturan.

Apa itu restitusi? Restitusi merupakan upaya dalam menangani anak, siswa yang indisiplin dengan cara positif. Hal ini dikarenakan proses penggalian informasi dan juga cara dalam menangani kasus yang terjadi lebih humanis. Dengan pendekatan restitusi maka siswa atau anak kita tidak merasa terdzolimi dan dijudge secara mental. Namun lebih kepada tumbuhnya rasa nilai kebajikan yang ada dalam keyakainan anak/siswa tersebut menjadi bangun dan mulai mengajak berbicara dari hati nuraninya dalam berkomunikasi.

Dalam menangani restitusi juga memerlukan cara segitiga restitusi. Mari bersama sama dalam mengupas apa itu segitiga restitusi dan bagaimana implementasinya? Rancangan segitiga Restotusi dirancang oleh  Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) rancangan tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Tiga tahapan dalam praktik Segitiga Restitusi dipengaruhi oleh teori kontrol dalam aksinya. Hal ini terkait dengan bahwa semua orang pasti ingin selalu melakukan yang terbaik dengan versinya, semua orang pasti memiliki alasan untuk tindakan dan perbuatannya serta semua orang pasti memiliki motivasi internal. Berikut adalah gambar dari tahapan Sgitiga Restitusi.

Langkah pertama adalah menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity).  Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari anak yang kurang berhasil karena melakukan kesalah menjadi yang memetik keberhasilanya. Perlu dipahami dalam proses ini anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian dan ingin memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Nah jika kita  mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi kurang berhasil. Maka komunikasi yang membangun refflektif kedalam diri si anak/siswa dan akan menumbuhkan keyakinan dengan pertanyaan yang membawa ke logika nalar mereka menjadi jembatan bahwa mereka memiliki keyakinan kana berhasil untuk diri mereka. Kita dapat menggunakan kalimat-kalimat seperti,  Berbuat salah itu tidak apa-apa,  Tidak ada manusia yang sempurna, saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu,  Kita bisa menyelesaikan ini semua. Kalimat-kalimat tersebut dapat menjadi katalisator keadaan menjadi kooperatif. Dengan demikian dampaknya siswa akan senantiasa tenang diajak komunikasi dan memahami konsep dirinya semakin tajam dan berterima sehingga fokusnya bukan di permasalahannya namun lebih pada bertumbuhnya kesadaran diri dalam berbuat dan berubah menjadi lebih baik.

Langkah kedua adalah Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior) Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat berikut dapat mengantarkan ke kondisi yang akan memvalidasi kebutuhan mereka. "Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?". "Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu'.  "Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru."  Dengan suasana yang lebih akrab secara hati, percaya dengan jawaban dari si anak/siswa maka akan memudahkan dalam memvalidasi tindalan yang salah. Dampaknya anak akan lebih tebal tentang nilai-nilai keyakinan yang ada dalam dirinya.

Langkah berikutnya adalah  Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief). Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Dengan kata lain rasa percaya si anak sudah mulai terkoneksi dengan baik.  Pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas, sekolah, lingkungan atau keluarga adalah seperti, "Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?". "Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?" "Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal". " Kamu mau jadi orang yang seperti apa" 

 Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan? Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya? Kebanyakkan anak akan mengatakan "Iya," Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut dan meraihnya. Tentunya, dengan melibatkan banyak sisi juga seperti wali kelas, guru BK, wali murid dan atau orang tuanya ketika memang kejadiannya ada di lingkungan sekitar.

Dari paparan tentang apa itu Segitiga Restitusi dengan langkah 3 yang luar biasa yaitu menstabilkan Identitas, Memvalidasi tindakan salah dan menanyakan keyakinan. Hubungan harmonis antara siswa dan guru, anak dan orang tua akan semakin bagus ikatanya. Selain itu siswa atau anak akan semakin paham siapa dia dan apa yang diyakininya untuk menjadi berhasil terbaik menurut versinya. Dampak paling keren nantinya adlah terwujudnya generasi muda Indonesia yang bagus kesadaran diri akan nilai kyakinan diri dalam hal kebajikan untuk melakukan kebaikan-kebaikan di manapun mereka berada. Jadi mau anaknya sukses, ketika belum sesuai norma yang ada Segitiga Restitusi jalan luwes menuju keberhasilanya. Selamat berpraktik!

Daftar Pustaka:

Glasser, W. (2004). Pengantar Psikologi Kontrol Eksternal dan Teori Pilihan.

Gossen, Diana (1996) Restitution Triangle Chelsom Consultants, 1996 https://books.google.co.id/books/download/Restitution_Triangle.bibtex?id=mITYXwAACAAJ&output=bibtex

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun