Mohon tunggu...
Upik Hastuti
Upik Hastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru_ Grant Sponchorship from TEFLIn, British Council & As Panelist on Asia Teachers Webinar_ SMA N 2 Purbalingga

Saya adalah ibu dari dua anak lelaki yang bahagia dan suka membaca serta menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

NALAR, Bereskan Hati Pendidik

13 September 2022   17:30 Diperbarui: 13 September 2022   17:34 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NALAR, Bereskan Hati Pendidik

Upik Hastuti

SMA N 2 Purbalingga

na-lar (n) sebuah kata nomina yang berarti 1.pertimbangan tentang baik dan buruk dsb; akal budi; 2 aktifitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir; kekuatan pikir (KBBI, 2021). Maka  nalar merupakan hal yang penting dalam perjalanan kehidupan bagi manusia sebagai makhluk individu pun sosial. 

Hal ini dikarenakan nalar melatih manusia untung menimbang baik buruknya suatu keputusan, tindakan pun ucapan serta pola pikirnya. Semuanya memiliki kodrat alamnya masing-masing. Cara yang ditempuh untuk menjadi sejati dalam bersih hati pun bervariasi menyesuaikan dengan zaman yang sedang berlangsung bahkan untuk yang belum datang. 

Namun NALAR di sini merupakan akronim dari Niatkan, Afirmasikan, BeLAjaR. Sejatinya sebagai manusia memiliki fitrah cerdas dan tanggap terhadap semua rangsangan baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Dalam hal pengembangan diri dan menggali potensi diri hal yang termahal adalah niat. Karena dengan modal niat, alam semesta akan serta merta mengamini apa saja yang dirasakan oleh seorang manusia yang memiliki keniatan luar biasa.

Pun sebagai calon guru penggerak, maka NALAR dapat menjadi salah satu metode untuk menata hati atau membereskan hati sebagai guru sejati dan sejatining guru sebagai pengajar dan pendidik di Republik Indonesia. 

Seperti yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (1889-1959), pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir. 

Dengan kata lain pemikiran dari KHD dengan pembelajaran berpihak pada murid atau menghamba pada murid. Bagaimana guru menggali potensi murid dengan menuntun sekaligus berperan sebagai among serta pamong bagi murid  sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid untuk selamat dan bahagia setinggi-tingginya.

Selama pandemik kita ketahui bersama bahwa di era disrupsi 4.0 kebutuhan akan gawai seperti kebutuhan primer. Secara tidak langsung penggunaan media sosial bagi murid memberikan dampak positif dan negatif. Sebagai guru yang menuntun, guru yang hebat sebaiknya tetap mengingatkan tentang etika berinternet, smart online learning dan juga bagaimana menghindari cyberbullying.  

Hal ini bertujuan untuk menghindari masalah yang mungkin akan menyebabkan dampak negatif pada murid selaku pengguna media sosial. Selain itu, guru senantiasa berkolaborasi dengan orang tua melalui grup WA karena dampak lain dengan adanya sosial media dapat diantisipasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun