Mohon tunggu...
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN Mohon Tunggu... Penulis - Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akun dikelola oleh Tim Media Relations

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Solusi terhadap Nyeri Kanker: Prof. Yusak Raih Gelar Guru Besar Neurologi UPH

16 November 2023   09:00 Diperbarui: 16 November 2023   09:44 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai faktor pemicu tingginya angka kematian global, kanker menjadi permasalahan utama di seantero dunia. Berdasarkan informasi dari WHO, kanker menyebabkan 10 juta orang meninggal pada tahun 2020, dan perkiraan menunjukkan peningkatan hingga 70% pada tahun 2030. Selain menghadapi tingkat kematian yang signifikan, individu yang terkena kanker juga mengalami penurunan kualitas hidup akibat rasa nyeri yang diakibatkan oleh penyakit tersebut.

Dalam menghadapi fenomena tersebut, Prof. Dr. dr. Yusak Mangara Tua Siahaan, Sp.N(K), FIPP, CIPS, M.Min., menekankan urgensi untuk memahami efektivitas dan penerapan metode intervensi nyeri pada penderita kanker melalui penelitian yang telah dilakukannya. Hasil penelitiannya juga membawanya meraih gelar Guru Besar dalam bidang Neurologi, yang disahkan oleh Surat Keputusan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nomor 1546/M/07/2023 pada 14 September 2023. Pengukuhan Prof. Yusak sebagai guru besar telah dilaksanakan pada Sabtu, 11 November 2023, di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) Lippo Village, Karawaci.

Penambahan seorang guru besar tidak hanya bersifat simbolis untuk mengakui prestasi individu, melainkan juga berkontribusi dalam memperkuat reputasi Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (FK UPH) dalam membentuk mahasiswa menjadi dokter profesional yang berdampak positif bagi bangsa dan negara. Saat ini, UPH telah mengukuhkan 29 Guru Besar dari berbagai bidang keilmuan, dan Prof. Dr. dr. Yusak Mangara Tua Siahaan menjadi Guru Besar ke-7 di FK UPH.

Dalam orasi ilmiah yang berjudul "Optimalisasi, Tantangan, dan Hambatan Manajemen Intervensi Nyeri untuk Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Kanker," Dosen Fakultas Kedokteran UPH menyoroti fakta bahwa selain tingginya angka kematian, penderita kanker juga mengalami penurunan kualitas hidup dalam berbagai aspek seperti sosial, keuangan, psikososial, dan fisik. Studi yang dilakukan oleh Carmen Rodriguez dan rekan-rekan dalam jurnal "Cancer Pain and Quality of Life" menyebutkan bahwa 61% penderita kanker mengidentifikasi nyeri sebagai penyebab utama penurunan kualitas hidup.

"Di Indonesia, terdapat sekitar 400.000 orang yang menderita kanker, dan dari jumlah tersebut, sekitar 120.000 orang mengalami nyeri. Pengobatan nyeri dengan menggunakan analgesia farmakologi mengalami kegagalan sekitar 20-30%, sehingga jumlah penderita nyeri kanker yang memerlukan manajemen intervensi nyeri mencapai 24.000-36.000 kasus. Meskipun nyeri kanker tidak langsung menyebabkan kematian, namun menjadi salah satu gejala umum kanker yang dapat mengakibatkan disabilitas serta penurunan kualitas hidup," ungkap Prof. Yusak.

Farmakologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang obat dan cara kerjanya pada sistem biologis, sementara analgesia adalah kondisi yang menghambat kemampuan seseorang untuk merasakan sensasi nyeri atau rasa sakit.

Prof Yusak menjelaskan bahwa Proses progresif perjalanan kanker, termasuk pertumbuhan tumor, metastasis, dan terapi anti-kanker seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi kuratif, menjadi penyebab utama nyeri pada penderita kanker.

Sejak tahun 1986, WHO menetapkan tiga tahapan pemberian opioid sebagai pengobatan untuk nyeri kanker, yaitu non-opioid (nyeri ringan), opioid ringan (nyeri sedang), dan opioid untuk nyeri sedang-berat. Meskipun opioid efektif dalam meredakan nyeri kanker, penggunaannya juga dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, konstipasi, sedasi, pusing, halusinasi, dan depresi pernapasan karena berinteraksi dengan sistem tubuh.

Dengan itu, Prof. Yusak mengusulkan tiga perubahan pada tahapan penggunaan opioid menurut WHO. Pertama, menghilangkan tahap kedua, yaitu penggunaan opioid ringan untuk nyeri sedang. Kedua, mengutamakan peningkatan intensitas nyeri sebagai faktor utama untuk segera mengubah strategi pengobatan. Ketiga, merekomendasikan prosedur manajemen intervensi nyeri. Prof. Yusak juga mengusulkan agar prosedur manajemen intervensi nyeri ini menjadi tahap keempat yang diakui oleh WHO dalam mengatasi nyeri pada penderita kanker.

"Manajemen intervensi melibatkan tindakan seperti penyuntikan obat, zat, atau alat tertentu ke dalam struktur tubuh. Intervensi pada nyeri kanker dapat dilakukan setelah pemeriksaan neurologis menyeluruh dan hasil profil koagulasi darah yang normal. Berbagai prosedur intervensi nyeri, seperti blok saraf dan pleksus, blok neuroaksial, blok simpatetik, Intrathecal Drug Delivery Systems (IDDS), neuromodulasi, dan percutaneous cordotomy, telah terbukti sangat efektif dalam mengatasi rasa nyeri pada pasien kanker," terang Prof. Yusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun