Andiyan menekankan bahwa fotografi makro fokus pada keindahan dunia kecil. Sebagai contoh, ketika seseorang memotret seekor lebah, tujuannya adalah untuk menggambarkan bagaimana lebah itu terbang menuju putik bunga. Fotografi makro tidak hanya tentang mengabadikan ukuran dan detail, tetapi juga mengungkapkan keindahan cerita visual yang terkandung dalam subjek tersebut.
Ia juga memaparkan, beberapa faktor yang dapat mendukung pelaksanaan teknik fotografi tersebut termasuk peralatan seperti lensa makro dengan berbagai ukuran (80 mm, 60 mm, dan 30 mm untuk jenis lensa Fujifilm), filter close-up, Â extension tube, dan reverse ring. Pemotret juga harus memperhatikan aspek-aspek seperti pencahayaan, ketajaman fokus, sudut pengambilan gambar atau Depth of Field (DOF), komposisi, dan momen yang tepat.
Sementara itu, dalam presentasinya, Prof. Budi membahas fotografi dari sudut pandang filsafat. Ia mengajak para peserta untuk belajar melihat, menghargai, dan menyadari keindahan makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan. Dengan pendekatan ilmiahnya, Prof. Budi mendorong peserta untuk berpikir kritis tentang pentingnya pelestarian dan perlindungan lingkungan alam.
Ia menyatakan, "Fotografi merupakan sarana mencintai lingkungan hidup. Seseorang yang memahami fotografi juga memahami esensi kemanusiaan karena fotografi tidak hanya merekam peristiwa, tetapi juga bercerita tentang manusia, termasuk dalam konteks teknik makro," jelas Dosen dari Program Studi Liberal Arts UPH ini
UPH terus berusaha memberikan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan industri melalui berbagai kerja sama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Ini adalah bagian dari komitmen UPH untuk mempersiapkan transformasi mahasiswa menjadi pemimpin masa depan yang mampu memberikan dampak positif pada masyarakat dan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H