Lebih lanjut Prof. Rudy memaparkan bila produk itu sebelumnya dikenal sebagai produk berwujud dan tidak berwujud. Sekarang, kita juga mengenal produk virtual yang nampak tetapi tidak ada, ada tetapi tidak nampak
Hal itu terjadi karena perkembangan teknologi memungkinkan barang yang belum ada tetapi sudah dapat dipasarkan.
Di masa kini, lanjut Prof. Rudy, sudah terjadi pergeseran peran antara komunikator dan komunikan (penerima pesan), komunikan aktif mencari pesan secara langsung sebelum komunikator menempatkan pesan di media tertentu. Dengan demikian, komunikan menyebarkan pesan tersebut kepada orang lain.Â
"Hal ini memperkaya prinsip AIDA (awareness, interest, desire, action) menjadi AISAS (attention, interests, search, action, share)," tambah Prof. Rudy.
Ketika mengambil keputusan pembelian sebuah produk pun kita tidak lagi selalu mendengarkan pesan promosi dari produsen namun kini sudah pula dipengaruhi oleh pihak ketiga dalam mengambil keputusan, misalnya melalui review atau situs atau kelompok teman.
"Di era digital ini konsumen lebih mengandalkan apa yang disebut F-factor yakni friends, families, fans/followers (media sosial) ketimbang pesan marketing atau iklan dari produsen. Hal ini patut dicermati dan didalami oleh para pemasar," lugas Prof. Rudy.
Sebagai informasi, kegiatan collaborative lecture ini diikuti oleh mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISBI Bandung dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H