Mohon tunggu...
Nashifuddinl luthfi
Nashifuddinl luthfi Mohon Tunggu... -

hanya seorang petualang. bertujuan mencari jati diri yang sejati. hidup sebagai pilihan, manis maupun pahit tetap dijalani.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bisul

4 Juli 2012   05:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus saja merangkak,
ingin menepi dari ganasnya ombak di lautan sengsara.
tak tega aku melihatnya,
pecahan-pecahan karang hati ditepian.
ada penghianat yang membabi
dan menjelma seperti anjing-anjing di pagi hari yang dingin

Tak tega aku menatapnya,
Menyisakan tangis dalam mimpi,
melahirkan jiwa-jiwa yang rapuh untuk berdiri.
masihkah aku tetap bertahan dalam kesakitan?

mereka tanamkan bisul-bisul non-etika dalam kehidupan
menjadikan seks sebagai taman safari kota
hingga tak terasa, ternyata sebentar lagi mentari akan tenggelam.

mereka masukan KKN sebagai makanan pokok
setiap hari tak lepas ku dengarkan beritanya
seperti kicuan burung-burng camar di pagi maupun sore
riang dan nyaring.

kini,
bisul-bisul ini telah tumbuh menjamur
tak ada daya untuk mencabutnya
, doakan aku agar bisa menguburnya dalam senyum di pipi,

esok hari pada generasi biruku.

selamat tinggal bisul
aku telah melupakannya sakitmu dijiwaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun