Mohon tunggu...
Kadek Udhani Paramita
Kadek Udhani Paramita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Retorika dan Dialektika

16 Oktober 2024   01:29 Diperbarui: 16 Oktober 2024   01:43 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kamu mendengar kalimat seperti, "Duh kayak cewek aja kamu tuh" atau "Coba lari kayak cewek" dilontarkan oleh seseorang kepadamu? Apa yang kamu rasakan saat mendengar kalimat tersebut? Apakah kalimat tersebut terdengar seperti ejekan?

Bagi beberapa orang, kalimat tersebut akan terdengar seperti ejekan yang mengatakan bahwa kamu lemah atau kamu terlalu berlebihan dalam melakukan sesuatu. Perkataan yang seharusnya tidak menjadi suatu ejekan, justru berubah seiring kita tumbuh. Hal inilah yang menjadi latar belakang mengapa kampanye #LikeAGirl dibuat dan kampanye sukses menyuarakan apa artinya sebenarnya dari menjadi seorang perempuan. 

Kampanye Always #LikeAGirl adalah kampanye yang diperkenalkan oleh brand Always pada tahun 2014. Dalam video kampanye yang berdurasi 3 menit, menunjukkan beberapa wanita dewasa, seorang laki-laki dewasa, anak laki-laki, dan beberapa anak perempuan. Frasa "like a girl" digunakan dalam beberapa aktivitas, seperti "Coba lari seperti bagaimana perempuan berlari". Hasilnya adalah laki-laki dan para wanita dewasa melakukannya sebagaimana frasa "like a girl" dinilai sebagai suatu ejekan. Sedangkan para anak perempuan berlari dengan penuh semangat dan percaya diri. Kampanye ini dibuat dengan tujuan untuk mengubah pemahaman dari kalimat "like a girl" ("seperti perempuan") dari negatif menjadi suatu motivasi untuk perempuan. Motivasi ini diperlukan karena anak perempuan usia dini kerap mengalami penurunan kepercayaan diri saat mereka memasuki masa pubertas.

Analisis Elemen Retorika dan Dialektika dalam Kampanye #LikeAGirl

- Elemen Retorika

Logos: Data dari testimoni secara langsung yang ditunjukkan oleh beberapa orang yang muncul di video bahwa ungkapan "like a girl" merupakan kalimat yang mengejek. data penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi terhadap ungkapan "like a girl" telah berubah seiring waktu. 

Pathos: Adegan saat anak-anak perempuan mulai melakukan berbagai aktivitas dengan penuh semangat merupakan pembangkit emosi audiens yang sangat memiliki pengaruh. Adanya perbedaan yang signifikan membuat perasaan emosional menjadi bangkit dan menyadari bahwa dalam peralihan dari masa anak-anak ke remaja merupakan perjalanan yang panjang dengan banyaknya perubahan yang mengikis kepercayaan diri seorang anak perempuan. Pada akhir video, seorang perempuan dewasa menyampaikan pesan bahwa teruslah menjadi "seperti seorang perempuan", pesan yang disampaikan juga membangkitkan emosi audiens dan memotivasi bagi perempuan. Selain itu, elemen pathos juga dapat dianalisis melalui unggahan sosial media yang dibagikan oleh perempuan dari seluruh dunia menyampaikan elemen pathos dengan sempurna. Pesan emosional yang membangkitkan emosi pada audiens yang melihat postingan tersebut. Salah satu contohnya adalah penyanyi Demi Lovato yang mengunggah postingan pada aplikasi X dengan menyatakan bahwa dia bangga bernyanyi seperti seorang perempuan. Postingan tersebut mendapatkan ratusan balasan yang turut mengirimkan cerita mereka yang bangga melakukan sesuatu "seperti seorang perempuan".

Ethos: Terdapat video kampanye #LikeAGirl lainnya yang berjudul Keep Playing #LikeAGirl memperlihatkan anak perempuan yang terjun ke dunia olahraga. Dalam video tersebut, anak-anak perempuan kerap mendengar stereotip bahwa mereka tidak seharusnya menjadi seorang atlet karena mereka adalah perempuan dan video menunjukkan bahwa hampir setengah dari anak perempuan akhirnya berhenti dari dunia olahraga. Stereotip ini turut menjadi perhatian dari World Olympians Association yang mendukung penuh anak-anak perempuan untuk tetap berjuang dan berkontribusi dalam dunia olahraga. Hal yang sama juga disampaikan oleh Pernilla Wiberg, atlet ski yang telah berkompetisi di Olimpiade selama 4 kali, juga menyampaikan dukungannya dan bagaimana ia juga merasa bahwa ia menyayangkan anak-anak perempuan yang memutuskan untuk berhenti dari dunia olahraga karena stereotip tersebut.

- Elemen Dialektika

Totalitas: Kampanye #LikeAGirl memiliki elemen totalitas karena dimulai dari video kampanye yang mengubah pandangan perempuan. Kemudian perempuan yang pernah mengalami hal yang sama membagikan cerita dan pengalaman mereka agar perempuan lainnya bisa bangga melakukan sesuatu "seperti seorang perempuan".

Kontradiksi: Tujuan dari kampanye #LikeAGirl adalah untuk mengubah pandangan bahwa melakukan sesuatu seperti seorang perempuan bukanlah suatu ejekan dan anak-anak maupun orang dewasa tidak harus takut untuk melakukan sesuatu hanya karena mereka adalah perempuan. Dalam video kampanye menunjukkan pertentangan dari bagaimana perempuan yang telah melewati masa pubertas cenderung merasa lebih tidak percaya diri untuk melakukan sesuatu "seperti seorang perempuan" daripada anak-anak yang belum melewati masa pubertas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun