Selanjutnya mahasiswa diminta untuk memainkan sebuah permainan dengan judul “Dunia Suku” dengan tetap mahasiswa bergabung dengan anggota kelompoknya dan setiap kelompok memerankan salah satu dari empat suku yang tersaji dalam permainan (suku musi, suku sombo, suku goopi, dan suku bobo) dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam permainan tersebut. Setelah melakukan permainan tersebut, dilanjutkan setiap kelompok untuk berdiskusi dan memaparkan mengenai 5 topik bahasan yang meliputi: 1) Memaknai toleransi, Intoleransi dan Radikalisme; 2). Praktik baik toleransi; 3) Tantangan Intoleransi; 4). Hebat menjadi Moderat; 5). Profil pelajar Pancasila.
Tidak jauh berbeda terkait alur kegiatan untuk topik 3, 4, dan 5. Topik 3 dengan tema “Damai dimulai dari Diri” membahas tentang identitas manusia yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Selain itu, disajikan juga sebuah video yang berkaitan dengan pentingnya menentukan dan menggunakan standar diri. Dari situlah akan memunculkan sikap welas asih pada diri sendiri. Dari topik 3 diperoleh kesimpulan bahwa setiap manusia itu unik dan tidak ada satu standar yang sesuai dengan setiap pribadi tersebut.
Pada topik 4 dengan tema “Sekolahku yang Bhineka” terdapat permainan peran sesuai dengan syarat dan masalah yang diberikan. Melalui kegiatan bermain peran, kami melakukan refleksi terkait bagaimana sebuah keputusan dibuat dengan tetap mempertahankan sikap toleransi. Di akhir topik 4, terdapat aktivitas untuk merancang program kebhinekaan yang memperkuat budaya sekolah khususnya bagi terciptanya sikap toleransi antar warga sekolah.
Pada topik 5, dengan tema “Sekolahku yang Damai” terdapat informasi tentang definisi sekolah damai yaitu sekolah yang aman, menyenangkan, dan menciptakan budaya damai. Selain itu, terdapat pemaparan materi tentang bagaimana membentuk sekolah damai yang ditinjau dari ancaman, kerentanan, dan kapasitas yaitu bahwa dengan mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas maka resiko yang terbentuk akan lebih kecil. Di akhir topik 5, terdapat aktivitas untuk menganalisis ancaman, kerentanan, dan kapasitas dalam mewujudkan sekolah damai.
Selama kegiatan diklat berlangsung, mahasiswa berpartisipasi dengan aktif dan terlihat antusias dalam menyampaikan setiap ide dan opininya. Ada banyak ide kreatif dan solutif yang tercurahkan dari kegiatan diskusi mahasiswa. Dari serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, diklat WKG ini berjalan dengan lancar. Melalui pemaparan materi yang relevan dan bermanfaat, peserta diklat diharapkan memiliki pemahaman yang lebih mendalam terkait pentingnya toleransi dan sikap menghargai keberagaman, serta mampu menciptakan lingkungan kebhinekaan melalui kegiatan inspiratif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H