Secara umum iya, tetapi kadang juga menyesuaikan kondisi naskah dan target pembaca. Dalam banyak kasus, editor sengaja mempertahankan ekspresi lokal atau yang viral demi membangun pemahaman yang kuat di benak pembaca. Belum lagi kalau editor inhouse harus mengikuti gaya selingkung (house style) di penerbit tempat ia bekerja. Pilihan ejaan karier atau karir, bisa berbeda antara penerbit satu dengan lainnya. Termasuk juga transliterasi Arab ke Indonesia, tak bisa selalu mengacu kepada KBBI.
Kalau boleh milih: enakan mana jadi editor atau jd bloger/penulis?
Pilihan yang sulit, karena lingkup kerjanya agak berbeda meskipun bersinggungan. Dua profesi ini sama-sama menuntut kecakapan menulis, adapun editor ditambah dengan kemampuan berkomentar dengan penulis sebagai pemilik tulisan/naskah. Bloger biasanya mendapat materi sumber lalu mengolahnya menjadi artikel miliknya sendiri. Jadi, sama-sama menarik kalau sama-sama dibayar, hehe....
Gimana mengenalkan profesi editor ke anak-anak Gen Z karena kayanya anak muda kurang familier ya?
Salah satunya ya lewat acara IG Live atas inisiatif Cak Kaji ini. Anak-anak zaman now akrab dengan apa pun yang berbasis digital, kalau bisa diadakan acara lebih sering, yakni sharing seputar profesi editor yang kurang populer karena berada di balik meja. Akan lebih menarik misalnya lewat zoom atau kulwap dengan latihan editing sekaligus.
Apa syarat yg kudu dipenuhi untuk jadi editor yang baik? Mungkin ada buku yang direkomendasikan?
Menguasai ejaan
Menguasai tata bahasa
Bersahabat dengan kamus dan Tesaurus
Punya communication skill yang mumpuni, untuk menjalin hubungan baik dengan penulis atau calon penulis, juga berkomunikasi dengan pembaca
Kejelian untuk membaca kebutuhan pasar