Mohon tunggu...
Unu Nurahman
Unu Nurahman Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 Leuwimunding Kabupaten Majalengka dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Sebelas April Sumedang

Guru Penggerak Angkatan 2 Pengajar Praktik PGP Angkatan 6 dan 9 Sie, Humas Komunitas Guru Penggerak Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Tragedi WTC dan Pentagon 11 September 2001

17 September 2021   00:59 Diperbarui: 8 April 2024   11:56 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi WTC dan Pentagon telah terjadi 19 tahun yang lalu. Namum demikian adanya keterlibatan pelaku selain Osama dan Al Qaedahnya masih menjadi misteri

Pada 11 September 2001, seluruh dunia dikagetkan oleh peristiwa runtuhnya Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York setelah sebelumnya ditabrak oleh pesawat komersil Boeing 757-200ER dengan kode penerbangan American Airlines Flight 11 pada pukul 08.45 dan Boeing 757-200 United Airlines Flight 175 pukul 09.03. 

Jumlah korban tewas dalam tragedi ini 2996 orang termasuk 19 orang pembajak sementara lebih dari 6000 orang dilaporkan terluka. Ini menjadi tragedi terbesar di Amerika Serikat sejak peristiwa Pearl Harbour 07 Desember 1941.

Tiga belas menit setelah Presiden George Bush menyampaikan bahwa Amerika Serikat telah diserang teroris, pada 09.43 sebuah pesawat Boeing 757-200 AA 77 jatuh di sisi barat Gedung Pentagon, Washington DC dan meenewaskan 189 orang. 

Kemudian pada 10.10 kembali sebuah pesawat dengan tipe yang sama jatuh di Stony Creek, 80 mil dari Pittsburg dan menewaskan 64 orang.

Presiden Bush dalam keterangan resminya menyatakan AS dalam keadaan perang dan menuduh Osama bin Laden, pendiri kelompok Al Qaeda yang diduga bermukim di Afghanistan sebagai otak serangan ini  AS berniat menggempur kamp kamp milisi di Afghanistan, Yaman, Sudan dan Pakistan jika pemerintah Afghanistan tidak menyerahkan Osama bin Laden.

Menangapi hal tersebut, pada 14 September 2991 pihak Taliban melalui Juru Bicaranya, Mullah Mohammad Omar menyatakan kesiapan Taliban mempertahankan negaranya. Pihak Taliban sendiri memastikan Osama bin Laden tidak terlibat dalam serangan ke WTC dan Pentagon pada 15 September 2001.

Serangan AS ke Afghanistan

Setelah berhasil membuat opini nasional dan internasional bahwa Osama dan Al Qaeda sebagai satu satunya  pihak yang terlibat dalam tragedi WTC dan Pentagon, pada 07 Oktober 2001, AS didukung oleh negara NATO  lainnya yaitu Inggris, Kanada, Belanda, Perancis dan Australia serta Aliansi Utara menyerang Afganistan yang saat itu dipimpin oleh pemerintahan Thaliban. 

Kode operasi untuk serangan militer ini dikenal dengan nama Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom). Pada 2015 kode operasi nya berubah menjadi Operation Freedom Sentinels.

Melalui pertempuran sengit, akhirnya AS dan   koalisinya dapat mengulingkan pemerintahan Thaliban. Sementara itu, Osama bin Laden dapat meloloskan diri dan baru bisa ditembak mati oleh pasukan elite AS Navy Seal di Abbottãbad, Pakistan  pada 01 Mei 2012.

Dugaan Konspirasi

Setelah beberapa tahun melakukan penelitian FEMA, NIST dan 9-11 Commision menyimpulkan bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh. 

Namun demikian, hal itu dikritisi oleh Profesor Steven E. Jones, guru besar Fisika di Brigham Young University, Utah, dan Prof Dr Morgan Reymonds, guru besar pada Texas University yang melakukan penelitian dari sudut teori fisika.

Profesor Jones mengatakan kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin Tower serta gedung WTC hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut. 

Pendapat yang sama disampaikan juga oleh Richard Gage, pendiri ‘Architects and Engineers for 9/11 Truth’, menegaskan lebih dari 1.100 pakar berpendapat bahwa penyebab runtuhnya gedung World Trade Center karena bukan tabrakan pesawat. Hal ini membuka dugaaan ada pihak lain yang terlibat.

Mantan Presiden Italia Francesco Cossiga mengatakan kepada surat kabar Italia tertua dan paling banyak dibaca bahwa peristiwa 9/11 didalangi oleh dua lembaga intelijen CIA (Central Intelligence Agency) dan Mossad (Israel)  dan bahwa ini adalah hal yang sudah diketahui secara luas di antara badan-badan intelijen global.

Pernyataan Cossiga ini cukup beralasan apabila kita melihat kembali fakta bahwa Uhud Barak, Perdana Menteri Israel satu jam sebelum kejadian menyampaikan pidato di sebuah stasiun AS yang mengingatkan bahaya teror orang Arab dan mengajak memerangi terorisme. 

Menurut laporan, terdapat 4000 orang Yahudi yang bekerja di WTC akan tetapi pada saat kejadian mereka tidak ada yang masuk kerja.

Tuduhan pemerintah AS terlibat dalam serangan itu juga dikemukan oleh David Ray Grifin, seorang profesor filsafat dan teologi agama dalam bukunya yang berjudul 'The New Pearl Harbour' pada tahun 2004. Buku itu secara gamblang menguak fakta-fakta tersembunyi dan kejanggalan dalam tragedi 9/11.

Seperti dikutip dari BBC.com, Amerika Serikat adalah negara yang memiliki angkatan udara terkuat di dunia. Akan tetapi mereka gagal menghentikan pesawat pembajak. 

Padahal pada 09 September Komando Pertahanan Udara AS menggelar latihan tempur rutin. Ada isu Wakil Presiden AS Dick Cheney memerintahkan militer diam dan tidak menghadang pesawat itu.

Refleksi

Tragedi WTC dan Pentagon telah terjadi 19 tahun yang lalu. Namum demikian adanya keterlibatan pelaku selain Osama dan Al Qaedahnya masih menjadi misteri. 

Aksi terorisme dengan membajak satu pesawat sering terjadi. Akan tetapi, pembajakan 4 pesawat sekaligus dalam satu waktu sulit diyakini.

Dengan peristiwa ini, AS dan sekutunya telah menempatkan kelompok Islam fundamental dan negara negara Arab dalam tuduhan terorisme sehingga mereka merasa memiliki justifikasi untuk melakukan serangan militer untuk menggulingkan pemerintahan di Afghanistan dan Irak.

Komunitas muslim di AS mendapat tekanan psikolgis dan sentimen antipati di waktu awal setelah tragedi. Seiring dengan semakin terkuaknya kejanggalan dan dugaan konspirasi, banyak orang AS semakin tertarik untuk mengenal dan mempelajari Islam yang sesungguhnya bahkan menjadi mualaf.

 Oleh UNU NURAHMAN | 11 September 2020

 

 

Bibliografi

bbc.com

kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun