Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemilu Legislatif

16 Juni 2023   12:30 Diperbarui: 16 Juni 2023   12:41 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Umum Legislatif (Pemilu Legislatif) merupakan salah satu instrumen dasar dalam demokrasi modern yang digunakan dalam banyak negara untuk menentukan siapa yang akan mewakili masyarakat pada forum legislatif seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau senat negara. Ada beberapa sistem yang berbeda yang tersedia untuk pemilihan anggota parlemen, antara lain sistem proporsional terbuka, tertutup dan distrik.

Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari tiga sistem pemilu tersebut:

1. Sistem Proporsional Terbuka

 Kelebihan:

  • Memungkinkan pemilih memilih kandidat individu daripada hanya memilih partai politik, sehingga memberikan kebebasan dan kontrol yang lebih besar pada pemilih.
  • Mendorong persaingan antara kandidat, sehingga memerlukan kandidat untuk bekerja lebih keras untuk memperoleh dukungan pemilih.
  • Mendorong representasi yang lebih baik dalam hal representasi kelompok minoritas, seperti perempuan, agama minoritas atau kelompok etnis.

Kekurangan:

  • Memperumit proses pemilu karena memerlukan peta pemilu yang lebih rumit dan waktu hitung suara yang lebih lama.
  • Memperlemah kekuatan politik karena mengalirkan suara pada banyak kandidat individu dengan kekuatan politik yang kurang dibandingkan dengan partai yang menang.
  • Memerlukan biaya tinggi, baik yang ditanggung pemerintah maupun calon legislator.
  • Kemungkinan muncul politik uang lebih besar.
  • Munculnya tokoh tokoh populer dan celebritys yang kurang mumpuni secara intelektual dan idiologi.

2. Sistem Proporsional Tertutup

Kelebihan:

  • Lebih mudah dipahami oleh pemilih karena semua kandidat termuat di dalam daftar partai politik.
  • Membantu mengurangi korupsi karena mendukung partai politik yang lebih terorganisir.
  • Menekan biaya Proses Pemilihan maupun Kampanye caleg.
  • Budaya politik uang dapat ditekan.
  • Kaderisasi idiologis partai terhadap kadernya lebih berjalan baik.

Kekurangan:

  • Mengurangi representasi kelompok minoritas seperti perempuan, agama minoritas atau kelompok etnis karena hanya memilih kandidat dari partai tersebut tanpa mengetahui kandidat yang lebih bermanfaat.
  • Kurangnya persaingan antar kandidat, karena tidak ada persaingan individu.
  • Aspirasi  rakyat untuk memilih orang yang disukai menjadi terbatas.

3. Sistem Distrik

 

Kelebihan:

  • Meningkatkan partisipasi politik dalam komunitas kecil karena kandidat berlomba-lomba untuk memenangkan daerahnya masing-masing.
  • Mendorong representasi yang lebih baik dalam hal representasi kelompok minoritas karena daerah dengan minoritas yang besar dapat memiliki wakil yang lebih banyak.

Kekurangan:

  • Tidak memungkinkan warga negara untuk memilih wakil dari partai favorit mereka namun belum ada calon di daerah mereka.
  • Meningkatkan kemungkinan terjadinya gerrymandering (persekongkolan), yaitu praktek penentuan batas wilayah pemilihan dengan tujuan tertentu untuk kesuksesan partai tertentu.

Kesimpulannya, memilih sistem pemilihan Anggota Parlemen yang paling baik akan bergantung pada kebutuhan dan tujuan nasional dalam konteks kebutuhan yang ada di negara tersebut. Pilihannya bisa berkisar antara memiliki sistem pemilihan yang memerhatikan representasivitas atau memiliki sistem pemilihan yang memerhatikan stabilitas pemerintahan dalam arti terlengkap.

 Oleh karena itu, penting bagi negara untuk melakukan evaluasi sistem pemilihan yang ada dari waktu ke waktu dan melakukan perbaikan secara terus-menerus, agar pemilihan anggota Parlemen dapat menjadi instrumen yang lebih efektif dalam mewakili masyarakat di tingkat legislatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun