Sebentar lagi Bulan Ramadhan akan selesai dan diperkirakan tanggal 22 April kita segera akan menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Sudah menjadi tradisi di Indonesia, bahwa pada Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran kita akan bersilaturahmi kepada keluarga, kerabat dan teman teman kita serta mengucapkan " Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin".
Ini adalah tradisi masyarakat Indonesia, tradisi yang sangat indah dan tidak ada di negara lain, bahwa setelah sebulan lamanya kita melatih diri untuk menahan dan mengendalikan hawa nafsu, diakhiri dengan Hari Kemenangan disertai upaya saling memaafkan satu sama lain dan memulai kehidupan baru yang penuh semangat tanpa beban masa lalu.
Tapi bagaimana sebenarnya proses saling memaafkan itu terjadi ?
Apakah memang semudah itu ?
Apakah cukup dengan berjabat tangan atau sungkem dan mengucapkan permohonan maaf dan semuanya selesai?
Ini adalah tradisi Indonesia? Tradisi yang bagus. Dan agar proses saling memaafkan ini berjalan dengan sempurna, kita perlu memahaminya secara mendalam.
M E M A A F K A N ... hanya sembilan huruf sederhana, tetapi tidak sesederhana itu untuk dilakukan. Karena bagi mereka yang terlanjur tersakiti kadang berfikir tidak memaafkan adalah "hukuman" untuk mereka yang menyakiti.
Ada 4 Jenis Pemaafan: Lisan, Emosi (Perasaan), Kognisi (Pikiran) dan Pemaafan Paripurna.
1. Pemaafan lisan.
Secara lisan kita mengucapkan " Saya memaafkanmu". Ini membutuhkan kebesaran jiwa, meski perasaan dan logika masih bergolak, setidaknya ada niat baik dan memaksa bibir untuk berucap. Suatu tahapan awal yang bagus.