Sebuah buku yang menarik berjudul Positivity sebagai hasil sebuah penelitian yang ditulis oleh Barbara L. Frederickson, PH.D menyimpulkan beberapa hal yang menarik. Kesimpulan tersebut menjawab beberapa hal yang sifatnya debatebel yaitu mana yang lebih dulu terwujud "Sukses dulu baru kita mencapai kondisi bahagia? Ataukah Rasa syukur dan berbahagia duluan yang mendorong kita bekerja kreatif penuh semangat sehingga kita mencapai sukses? Â
Beberapa studi dalam ilmu perilaku manusia (human behavior) menghasilkan beberapa temuan yang sangat menarik, menurut beliau: seseorang baru bisa memperoleh sukses yang fenomenal disaat jiwanya sedang berbahagia.
"Kesimpulannya adalah orientasi kita bukan mengejar sukses untuk menemukan kebahagiaan, melainkan menciptakan suasana kejiwaan yang bahagia sebagai pemicu pola pikir kreatif, inovatif, penuh ide dan gagasan baru serta penuh daya juang menggapai kesuksesan"
Lalu bagaimana caranya membangun suasana kejiwaan yang berbahagia didalam menggapai kesuksesan?
Barbara L. Frederickson, PH.D, Guru Besar di Duke University  di Durham, North Carolina Amerika Serikat dalam buku berjudul Positivity memberikan resep sebagai berikut "Untuk mencapai kondisi kejiwaan yang berbahagia secara maksimal,  maka seseotrang harus mampu menemukan Rasio 3:1".
Maksudnya adalah dalam menjalani kehidupan kita dalam sehari, harus bisa menemukan dan merasakan minimal tiga momen atau peristiwa yang membuat hati kita berbahagia dan hanya boleh menemukan hanya satu momen yang membuat hati kita tidak bahagia atau tidak nyaman seperti sedih, kecewa, marah, bete, bosen, frustasi dan lain lain. Dengan kata lain kita harus rajin mensyukuri setiap momen dalam kehidupan kita sehari - hari.
Apakah ini memungkinkan?
Semuanya itu tergantung pada mind set yang terbentuk dalam pikiran kita. Bagi mereka yang mempunyai mind set negatif, resep ini sangat sukar diwujudkan. Mereka yang punya pola pikir negatif cenderung mengarahkan pikirannya fokus ke hal - hal negatif dalam keseharian hidupnya sehingga sangat sukar menemukan momen - momen rasa syukur dalam keseharian kehidupannya.
Lalu bagaimana solusinya?
Untuk mencapai kondisi jiwa yang penuh bahagia, Barbara menganjurkan kita untuk lebih sering melatih pikiran dan otak kita agar selalu fokus pada hal - hal positif yang dapat kita lihat dan rasakan disekitar kita, atau kita juga harus fokus pada pencapaian target -- target kehidupan kita sekecil apapun itu (small wins) yang sudah kita kerjakan dan layak kita apresiasi.
Kita harus melatih diri kita untuk senantiasa mensyukuri hal - hal positif yang kita alami ataupun berkat yang kita terima sekecil apapun yang kita peroleh setiap harinya. Sebaliknya  kita juga harus melatih otak kita agar tidak terlalu fokus atau bahkan melupakan berbagai kekurangan - kekurangan serta pada aneka macam hal yang tidak sesuai dengan harapan kita.
Kita juga harus disiplin melatih diri kita untuk memusatkan perhatian kita terhadap yang sudah baik, menyempurnakan yang masih kurang dan hindari lingkungan toxic serta paparan aneka konten online yang memunculkan emosi negatif.
Brain Exercise, menurut Barbara, otot syaraf dalam dalam pikiran kita sebetulnya bisa dilatih. Kalau setiap hari kita arahkan fokus pada hal positif hidup kita akan penuh gairah dan dipenuhi energi kebahagiaan yang memantik daya juang dan kreatifitas. Sebaliknya kalau dalam setiap harinya  selalu lebih fokus diarahkan atau terpapar  pada hal - hal negatif, maka hati kita akan mudah galau.
Jadi, fokuslah pada hal-hal positif dalam kehidupan kita.
Jadilah bahagia
Capailah sukses
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H