Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Micromanagement, Antara Prefeksionis atau Gagal Fokus

8 Maret 2023   11:40 Diperbarui: 8 Maret 2023   11:59 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Team work.

Seorang atasan yang terlalu fokus pada dirinya sendiri dan kurang percaya pada anak buahnya jelas tidak akan mampu membangun team work yang solid. Kerja sama atasan dan bawahan hanya bersifat formalitas relasi kuasa tanpa kemampuan menjadi power team. Atasan cenderung menjadi single fighter yang suatu ketika akan kelelahan dan ambruk.

Inisiatif.

Micro-managing dengan model pengawasannya yang berlebihan jelas akan mematikan inisiatif, inovasi dan kreatifitas karyawan.

Pergantian Kepemimpinan.

Pada suatu ketika, seorang atasan pasti akan pensiun atau pindah ketempat lain, jika terjadi hal yang demikian jelas akan sulit dicari penggantinya dari kalangan bawahannya. Atau dengan kata lain, pada saat atasan pensiun atau pindah, pengetahuan dan ketrampilan kerjanya ikut pensiun atau pindah.

Manajer pada level bawah memang cenderung mempunyai kemampuan teknis yang tinggi dengan kemampuan manajemen yang rendah, masih kita anggap wajar bila menerapkan micromanagement dalam tanda kutip, bahwa dia masih bertanggung jawab terhadap kualitas teknis pekerjaannya, walaupun sebagian besar pekerjaan harusnya sudah didelegasikan pada lini dibawahnya.

Manajer level menengah dengan porsi kemampuan teknis dan kemampuan manajemen yang seimbang, fungsinya menjadi katalisastor antara top manajer dengan low manajer. Fokus perhatiannya sudah mulai mengarah pada tujuan jangka menengah perusahaan dan lebih banyak mendelegasikan pekerjaan kepada bawahannya. Fokusnya lebih banyak pada pencapaian target perusahaan dan bagaimana agar proses manajemen, proses produksi dan hasilnya berjalan sesuai standard yang sudah ditetapkan.

Manajer level atas, jelas lebih melihat pada visi, misi dan core bisnis perusahaan serta melihat peluang dan tantangan eksternal perusahaan. Manajer level atas tidak mungkin lagi menangani level teknis tetapi fokus membangun sistem manajemen yang memungkinkan perusahaan tetap bergerak secara maksimal tanpa kehadiran dirinya secara fisik.

Upaya yang dapat dilakukan Manajer agar tidak terjebak gaya micromanagement:

  • Membiasakan diri untuk mendelegasikan pekerjaan kepada bawahan. Alih -- alih mengawasi secara berlebihan kepada bawahan, lebih baik fokuskan pada hasil akhir, jelaskan kepada karyawan, beri contoh dan latihan kerja yang memadai dan bagilah tugas dan wewenang kepada bawahan.
  • Berikan ekspektasi perusahaan secara jelas kepada bawahan. Buatlah standar kerja, standar hasil pekerjaan, lama waktu kerja, petunjuk penggunaan peralatan dan lain sebagainya. Hindari kesan bahwa hanya atasan yang tahu segala --galanya, bawahan juga harus tau apa yang harus dikerjakan, bagaimana caranya dan bagaimana bentuk hasil akhirnya.
  • Upayakan agar jangan terlalu perfeksionisme. Hargai ide -- ide inovasi dan kreativitas bawahan, dorong untuk terus berfikir out of the box asal hasilnya sesuai standar dengan cara lebih efisien. Tidak perlu terlalu khawatir akan hasilnya, jika jadwal agak melambat atau hasil sedikit cacat, anggap itu sebagai pembelajaran agar manajer dan bawahan bertumbuh lebih baik.
  • Rekruit karyawan harus dilakukan dengan ketat dan tepat. Salah satu penyebab gaya micromanagement adalah karena kelemahan rekruiting karyawan. Karyawan yang tidak berkualitas membuat sang manajer terpaksa turun mengerjakan pekerjaan yang menjadi tugas bawahannya. Rekruit yang tepat mengurangi hal tersebut dan juga menghindarkan perusahaan dari penurunan produktivitas.
  • Lakukan pendekatan yang humanis kepada bawahan, carilah pola pengembangan masing -- masing karyawan dengan pola pribadi mereka yang khas, bahkan kalau perlu melalui diskusi. Pola pendekatan pengembangan karyawan yang tepat akan membuat team work menjadi solid dan bisa meningkat lebih tinggi menjadi power team.

Mohon masukannya dikolom komentar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun