Mohon tunggu...
Untung Dwiharjo
Untung Dwiharjo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Surabaya

Lulusan Jurusan Sosiologi Fisip Unair. Pernah bekerja sebagai wartawan dan peneliti pada lembaga Nirlaba nasional yang berbasis di Surabaya. Pernah meraih juara pada lomab LKTI dan beberapa kali tulisannya mampir di bebrapa media seperti Jawa Pos, Surya, harian Bhirawa dan detik.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencari Pesantren Ramah Anak

20 Desember 2021   09:28 Diperbarui: 20 Desember 2021   09:32 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hanya saja ramenya sekarang ini ketika mencuat belasan santri "digarap" oleh gurunya sendiri seperti terjadi di pesantren di Bandung yang sekarang banyak dibicarakan publik. Selanjutnya di beberapa daerah juga muncul atau dilaporkan oleh korban seperti terjadi belakangan ini.

Disamping itu ekploitasi ekonomi yang terjadi seperti santriwati dijadikan kuli bangunan adalah tindakan yang tidak beradab sehingga memang tersangka menurut pendapat saya layak dihukum berat seperti hukuman seumur hidup atau mati karena perbuatannya jelas tidak berperikemanusiaan.

Karena itu di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, pesantren sebenarnya adalah salah satu jantung pertahanan generasi mudah dari  serangan budaya global yang negatif sehingga pondok pesantren dapat mengajarkan nilai-nilai agama dan bermasyarakat secara seimbang. Bukan malah sebaliknya jadi sarana untuk tindak kekerasan seksual. 

Maka dari itulah pilihlah pesantren yang sudah terbukti lulusannnya berhasil dan guru-gurunya menguasai ilmu agama secara benar dan mendalam. Sehingga bisa menghindari dari tindak kekerasan terhadap santriwati di pesantren. 

Karena sebagaimana dikatakan oleh Zamakshyari Dhofier dalam bukunya yang terkenal Tradisi Pesantren (1985) bahwa pesantren dalam perubahan yang modern seperti sekarang ini menunjukan vitalitasnya sebagai kekuatan sosial, kultural dan keagamaan yang turut membentuk bangunan kebudayaan modern tetap terjaga.

Oleh karena itu jangan sampai terjadi seperti pepatah "nila setitik rusak susu sebelanga", karena perilaku salah oknum guru yang berbuat asusila rusaklah pendapat kita tentang pesantren dan menjadi antipati. Karena sebenarnya pesantren adalah tetap menjadi sarana pendidikan yang baik untuk kehidupan di dunia apalagi di akhirat kelak.    

 Untung Dwiharjo, Sosiolog Alumnus Fisip Unair.           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun