Mohon tunggu...
Untung Dwiharjo
Untung Dwiharjo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tinggal di Surabaya

Lulusan Jurusan Sosiologi Fisip Unair. Pernah bekerja sebagai wartawan dan peneliti pada lembaga Nirlaba nasional yang berbasis di Surabaya. Pernah meraih juara pada lomab LKTI dan beberapa kali tulisannya mampir di bebrapa media seperti Jawa Pos, Surya, harian Bhirawa dan detik.com

Selanjutnya

Tutup

Financial

Urgensi Pendidikan Finansial di Desa

1 Juli 2021   16:09 Diperbarui: 1 Juli 2021   16:16 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa  miliader  kini sedang jadi tren. Buktinya  setelah sebelumnya dimulai  desa Sekapuk  di Kecamatan  Ujungpangkah, Gresik  Jawa Timur. Kini muncul Desa  Miliader  yang  membikin heboh seantero nusantara.  Desa Sumurgeneng yang terletak di kecamatan Jenuh, Tuban    masih di provinsi yang sama yaitu di Jawa Timur. Disebut  Desa Miliader  karena  sebagaian besar  warganya   membeli  sekitar  178  mobil  baru   secara  tunai  dengan  berjamaah. Dimana  berita  yang bikin heboh  lewat tiktok  adalah  deretan 17  mobil  baru yang diantar  secara  bersamaan.  Yang  membuat  berita  ini menjadi heboh  di media sosial  dan akhirnya  banyak di liput  oleh media  televisi.

 Aksi borong mobil baru   di Desa  Miliader  baru ini ternyata  hasil  mereka  menerima  "ganti untung"  atas pembebasan tanah  dalam proyek  lahan kilang minyak  Grass  Root  Refinery  (GRR) Pertamina Tuban.  Tercatat  sebanyak 235 warga Desa Sumurgeneng yang  menerima  pembebasan lahan  sebanyak 384 hektar dengan  total uang yang di serahkan  ke seluruh warga   sebanyak  211,9 Triliun. Dimana  tanah  masyarakat di hargai 600-800 ribu/permeter persegi.   Dengan pemerima  tertinggi  yaitu  26 Miliar  dengan rata-rata warga  menerima   8 Miliar.

 Desa  Miliader Baru  

Fenomena  Desa  Miliader  di Desa Sumurgeneng yang   bak   dapat  "durian runtuh"  dengan  adanya proyek  kilang minyak  sehingga   mereka   mempunyai banyak uang  untuk   memborong   mobil   keluaran  terbaru. Dimana  satu keluarga  tidak cukup  satu tapi bahkan  ada 4  mobil  untuk  satu keluarga  yang  mendapatkan  dana  "ganti untung" sebanyak 15  Miliar. Menurut  salah seorang  warga  desa   dia ikut   membeli mobil karena ikut-ikutan karena banyak  tetangganya yang   membeli mobil.  Sehingga  sebenarnya  fenomena   membeli  mobil ini  lebih karena  dorongan  "gengsi" tidak  mau  kalah dengan tetangganya.  Dengan demikian   mereka  membeli  mobil tidak  selalu karena butuh  tapi karena di dorong tujuan-tujuan  sosial yang lain prestise, kepentingan  umtuk memperoleh  modal sosial  sebagai tiket  menjalin relasi  dengan peer-groupnya (baca: tetangga). 

Karena  di era kapitalisme seperti sekarang  membeli barang  (seperti mobil) sesungguhnya berarti  membeli kesan  dan pengalaman serta  kegiatan  berbelanja  bukan lagi  suatu transaksi  ekonomi sederhana , melainkan  lebih merupakan  interaksi simbolik  di mana individu  membeli  dan mengkonsumsi kesan  (Suyanto, 2013).  Hal ini  terbukti di mana  banyak  warga  yang  membeli  mobil ternyata ada yang  belum bisa   mengendarai mobil  sehingga  mereka  kemudian belajar terlebih dahulu  setelah   membeli  mobil.  Menurut penulis   fenomena   memborong  mobil  yang dilakukan    adalah  fenomena  konsumerisme  yang  melanda pedesaan  akibat   terserapnya  budaya kosmopitan  kota  yang merembes  ke pedesaan. Mereka  tidak mau  terasing dari  pergaulan  tetangga sehingga begitu  ada rezeki  nomplok banyak  tetangga yang  borong mobil warga  sekitarnya  pun  ikut-ikutan  membeli mobil  agar bisa diterima  lingkungan  sekitarnya.

 Sehingga jor-joran  warga dalam   membeli mobil  tersebut  sebenarnya  bisa  membawa  efek domino  pada kehidupan  mereka  di masa yang datang. Dimana apabila   mereka tidak pintar-pintar   mengatur  uang  mereka  yang diterima  dari "ganti untung"  tersebut  mereka bisa tekor untuk biaya pemeliharaan mobil tersebut. Dimana  apabila mobil-mobil itu  hanya di pakai untuk keperluan   pribadi  atau sekedar untuk prestise (gengsi) tanpa di imbangi dengan  usaha untuk  dipakai usaha  dengan mobil tersebut,  maka lama-kelamaan  akan  banyak memakan biaya perawatan  atau mungkin  dijual pada beberapa tahun  ke depan.  Banyak penelitian   di daerah  pertanian atau pedesaan   menemukan   bahwa  ketika  petani   dengan hasil   melimpah  dan   memperoleh  banyak uang, mereka gunakan untuk  membeli  mobil atau kendaraan  bermotor. Tapi begitu   masa paceklik   mereka  menjual kembali  mobil atau kendaraan  bermotornya  untuk  membeli  bibit  agar  bisa  mengolah tanah pertaniannya kembali.  Hal itu paling tidak pernah penulis  temukan  ketika    beberapa kali   melakukan penelitian pedesaan  beberapa  tahun silam. 

Urgensi  Pendidikan  Finansial di Desa 

Fenomena    memborong  mobil  warga  desa yang  menerima  rezeki  melimpah   sebenarnya  adalah fenomena "gunung es"  masyarakat kita,   bahwa  ketika   masyarakat   diberikan  suatu  kelimpahan rezeki misalnya  "ganti untung" proyek   mereka  berorintasi pada perilaku konsumer. Misalnya  membeli  mobil,   memperbaiki rumah dan sebagainya. Tidak salah  memang, tapi alangkah  baiknya  hal tersebut  tidak terlalu  berlebihan,   misalnya  satu keluarga  hanya  membeli  satu  mobil dalam satu keluarga untuk dipakai bersama-sama . Sehingga bisa menghemat pengeluaran. Apalagi  dalam  masa  pandemi  seperti sekarang ini.Dimana dibutuhkan  bekal  materi (tabungan) untuk  waktu yang  relatif panjang untuk bisa  bertahan  dari ancaman  krisis ekonomi.  

Walaupun  demikian   tidak semua  warga   membeli  mobil  tapi ada juga  warga  dibelikan  reksadana, deposito, bahkan  persiapan pendidikan  anak.  Tidak  banyak  memang warga yang melakukan hal tersebut.  Inilah  sebenarnya   yang perlu dilakukan  aparat  desa setempat  dan pemerintah  daerah serta pihak  swasta terkait untuk  memberikan edukasi  ke masyarakat agar bisa  mengerem perllaku  konsumer  masyarakat desa  yang sedang  dapat  rezeki  nompok tersebut.

 Jadi  yang perlu diberikan edukasi adalah bagaimana  masyarakat yang menerima  "ganti untung" dengan  terlanjur    membeli  mobil  secara  berjamaah tersebut bisa  mengerem  budaya komsumer mereka.  Dikatakan oleh  Veblen  di  dalam   masyarakat  muncul  konsumsi yang mencolok  karena apa yang   mereka lakukan ingin dinilai lebih oleh lingkungan sekitar (Veeger, 1985). Akibatnya  cepat atau lambat  hal ini akan  bisa menyebabkan  utang  menumpuk dan  sekaligus   mengurangi  kekayaaan bila  uang  dari hasil " ganti  untung"  yang diterima warga   telah habis  terpakai.

Apalagi   menurut   pendapat aparat  desa  kebanyakan  karena  banyak yang  berlatar belakang  petani  yang tidak banyak pengetahuan   mengenai  tata kelola  keuangan  dan investasi. Sehingga kedepan   diperlukan   proses edukasi  tentang kecerdasan  finansial (keuangan)  kepada  masayarakat sehingga  bisa  mengerem  konsumerisme  masyarakat .  Sehingga uang  "ganti untung" yang nilianya milyaran  itu bisa dialihkan  ke investasi  yang  bernilai  jangka  panjang  seperti   lebih banyak  membeli tanah agar bisa  bercocok tanam lagi atau investasi lain  yang di masa depan bisa  jadi  sandaran  hidup.  Dari pada  sekedar   mengejar prestise di  tengah  masyarakat  agar   mendapat  julukan  Miliader  di desa.  Sehingga  konsumerisme yang  merembes ke desa dapat di bendung dengan upaya  pendidikan keuangan.  Untuk itulah urgensi pendidikan finansial  untuk warga  desa patut di kedepankan.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun