Mohon tunggu...
Aniza Ambarwati
Aniza Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik, Penulis, dan mahasiswa magister

A critical person who likes reading, writing, studying, and travelling

Selanjutnya

Tutup

Trip

Kesempatan Kedua Memijakkan Kaki di Negeri Pemimpi (Pare-Kediri)

13 Januari 2019   23:18 Diperbarui: 14 Januari 2019   17:37 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur merupakan negeri pemimpi. Sebutan ini sebenarnya saya dapat dari salah satu tutor disana. Kenapa demikian? Karena disana banyak berdatangan orang-orang dari seluruh pelosok negeri dengan mimpinya masing-masing. Sebuah desa yang menjadi saksi bisu bergulatnya keinginan dan kegigihan untuk memperjuangkan setiap jengkal impian.

Tepatnya 9 Desember 2018 sampai 9 Januari 2019 adalah kesempatan kedua saya bisa berada disana, setelah beberapa tahun yang lalu. Kenapa saya katakan ini sebagai kesempatan? Karena tidak semua orang punya kesempatan kesana. Kadang seseorang punya waktu tapi tidak punya biaya, dan sebaliknya. Artikel tentang Kampung Inggris, Pare, pernah saya tulis disini sebelumnya. Tulisan kedua ini tentu berbeda dari tulisan pertama karena pertemuan pertama dan kedua pasti meninggalkan kesan berbeda.

Sebenarnya sudah lama saya menginginkan kesempatan kedua tersebut namun karena banyak hal, Desember taun lalu barulah niat saya tersampaikan. Dengan segala niat dan tekad, saya langkahkan kaki ke desa kecil nan indah itu. Niat itu adalah memperjuangkan kembali apa yang sempat terasa begitu putus asa untuk diperjuangkan, mungkin ada sedikit "dorongan dipatahkan" yang pada akhirnya membuat saya merasa ini waktu terbaik.

Beberapa tahun yang lalu, kedatangan saya ke desa itu lebih banyak untuk sekedar menghabiskan liburan kuliah dari pada belajar. Sedangkan kesempatan kedua itu benar-benar saya niatkan untuk belajar. Akhirnya saya memilih Toefl Camp di Elfast, sebuah lembaga ternama yang trade record nya sudah teruji dan biaya yang cukup terjangkau.

Tentang TOEFL CAMP

TOEFL Camp merupakan program Camp yang berorientasi TOEFL, jadi siswa-siswa diarahkan untuk mendapatkan skor Toefl sesuai target dengan masih diselingi pemberian materi tentang trik-trik mengerjakan soal-soal Toefl. Selain itu, siswa-siswa memperoleh kesempatan 13 kali scoring yang dilakukan pada hari Senin, Kamis, Jumat malam. Berbeda dengan Teofl Perfection yang hanya berorientasi scoring dan pembahasan soal semata.

Pada periode bulan 10 Desember 2018, ELFAST membuka dua kelas TOEFL Camp denga jumlah siswa 49. Awalnya jumlah siswa lebih dari itu namun setelah Technical Meeting, banyak siswa merasa salah mengambil program dan akhirnya memilih pindah. Lembaga ini memberikan waktu sampai hari kedua untuk memutuskan pindah program atau tetap bertahan dengan segala konsekuensinya.

Camp Putra dan Putri berbeda, Camp Putri berada di Logico (lembaga kursus 2 mingguan dibawah naungan Elfast) sedangkan putra tetap berada di Elfast. Sempat kecewa, kenapa putri justru ditempatkan di camp yang jaraknya 500 meter dari Elfast sedangkan putra hanya melangkahkan kaki beberapa meter. Mungkin kalau putra ditempatkan di Camp yang jauh, mereka akan lebih sering terlambat karena faktanya semakin hari, jumlah siswa putra yang hadir di kelas semakin menipis.

Dalam sehari kami harus menghadiri 5 kelas, kelas pagi pukul 05.00-06.00 yaitu kelas vocabulary, kami diasupi vocabulary setiap hari. Kelas kedua sampai keempat (listening, structure, reading, setiap kelas berdurasi 1.5 jam) sekitar pukul 07.00-11.30 (Toefl Camp kelas A), saya kurang paham dengan jawal kelas B. Kemudian dilanjutkan kelas structure lagi pada ukul 16.00-17.30. Pada malam hari, khusus Senin, Rabu , dan Jumat malam dihabiskan dengan scoring. Sedangkan pada Selasa dan Kamis bisa kami gunakan untuk memgikuti study club gratis di Elfast. Menarik, bukan? Dan pastinya melelahkan apalagi putri yang harus bolak baik Logico-Elfast.

Bagaimana dengan pengajar disana? So far, saya merasa pengajar disana berkompeten, berpengalaman mengajar bertahun-tahun dan inovatif. Baiklah, saya hanya mengenal 6 pengajar yang mengisi kelas A jadi saya hanya akan menceritakan mereka saja. Pertama, Ms. Yuni, beliau adalah pengajar yang mengisi kelas vocabulary pada pagi hari sekaligus ibu asuh di camp. Khusus Camp Logico (camp putri) memang tidak selalu diisi dengan vocabulary, kadang-kadang diselingi listening dan speaking (plus-minusnya tergantung penerimaan masing-masing). Kedua, Ms. Iis, sebut saja ia penjaga Camp dan Skoring karena itulah tugasnya tapi dia sebenarnya pengajar kelas Writing IELTS. Ms. Iis ini pembawaannya keras, tegas tapi sebenarnya hatinya baik dan pintar tentu saja.

Ketiga, Mr. Arie, tutor listening yang kece, masih sangat muda dan bisa jadi teman. Di dalam kelas hubungan kami tetap guru-siswa, diluar kelas kami bisa duduk ataupun nongkrong bersama sebagai teman. Bisa dibilang dia adalah spesialis listening karena dua tahun mengajar disana selalu ditempatkan pada materi listening. Anak muda lulusan universitas negeri di Gorontalo ini , sebelumnya juga siswa yang belajar di Pare kemudian direkrut menjadi pengajar. Dia selalu menghadirkan inovasi dalam mengajarkan listening, misalnya tape script (menulis teks dari podcast yang didengar), membenarkan lirik lagu yang memiliki pronounce hampir mirip, mengerjakan soal-soal listening kemudian dibahas dalam kelompok. Bahkan kami pernah bertanding antarkelompok dengan memberikan jajanan pada kelompok pemenang, alhasil mereka membawa banyak sekali makanan. Pada pertemuan terkahir, dia membuat perjumpaan terakhir semakin berkesan dengan menuliskan pesan dan kesan tentang teman-teman. Secarik kertas ditulis nama masing-masing siswa kemudian diedarkan secara begilir, setiap siswa harus menuliskan apapun tentang seseorang dengan nama yang tertulis.

Keempat, Ms. Santi, sosok ibu yang murah senyum dan penyabar. Tidak banyak yang bisa saya deskripsikan tentang beliau selain kepandaiannya dan kesabarannya. Nah, sekarang kita kembali pada sosok Mr. lagi, Mr. Anas. Mr. yang satu ini terkenal seru, asyik, humoris dan inovatif. Bayangkan kalau kelas reading diajarkan oleh seorang guru yang membosankan. Entah dari mana idenya, selalu ada saja hal-hal yang bisa mencairkan suasana, terlebih kelas reading mulai pukul 10.00-11.30, jam-jam ngantuk. Beliau ini dikenal sebagai Mr. Breaking News karena selalu ada saja berita seputar Pare yang diceritakan setiap ia masuk kelas. Nah, sosok terkahir adalah Ms. Fajri, cewek tomboy yang berhalusinasi jadi pengendali air ala avatar tapi kenyataannya ia seorang pengendali structure, hahaha. Kebanyakan siswa sangat menyukai cara mengajarnya yang tegas, keras, selalu diulang-ulang dan selalu ada trik cepat tanpa harus pusing memikirkan omitting, reducing, dan lain-lain. Selain mengajar kelas structure, ia juga mengisi study club setiap hari Selasa. Selama saya mengikuti study club setiap selasa, ruangan selalu penuh bahkan tak jarang kertas soal selalu kurang.

Terkait fasilitas camp, saya katakan cukup baik. Dengan harga sekian, kamu sudah dapat belajar, menginap, faslitas camp berupa TV, bebas listrik dan air, termasuk air minum. Jadi, lumayan menghemat pengeluaran untuk beli air gallon. Khusus Camp Logico, dijamin camp bersih karena ada Bu Min, penjaga camp yang super rajin dan sabar menghadapi anak-anak camp yang kadang kurang peka, sandal dan sepeda diletakkan sembarangan dan terpaksalah Bu Min yang membereskan.

Pengalaman Berbeda pada Kesempatan Kedua

Dulu, saya pergi ke Pare bersama 10 teman-teman kuliah, yaitu kakak tingkat dan teman seangkatan. Kemarin saya pergi seorang diri dan menjadi perjalanan yang penuh kenekatan. Saya memang suka sesuatu yang mendadak, termasuk pesan tiket kereta padahal menjelang musim liburan. Alhasil, tiket murah tujuan Kediri seharga 70k ludes. Saya pun kelimpungan mencari tiket kereta murah dari berbagai stasiun dengan berbagai aplikasi. Ditengah-tengah hebohnya banjir yang melanda sekolah, saya mendapatkan tiket seharga 99K jurusan Gombong-Jombang dengan jam keberangkatan pukul 17.15 dan sampai tujuan pukul 00.30. Sempat tidak mendapatkan izin dari Ibu karena sampai disana pada jam-jam mengerikan untuk seorang gadis bepergian sendiri, tapi dengan segala kekuatan dan alasan minim budget akhirnya diizinkan dengan catatan harus menunggu sampai matahari muncul di dalam stasiun. Saya iyakan saja. Akhirnya saya berangkat dan sesampainya disana, tidak diizinkan menunggu di dalam stasiun. Bagi saya, menungu sampai pagi di luar  stasiun di kota asing terlalu beresiko sehingga saya memilih grab bike menuju Pare saat itu juga. Perjalanan Jombang-Pare memamkan waktu kurang lebih satu jam dan saya diantar langsung ke Elfast kemudian menginap di salah satu ruang kelas sambil menunggu pagi.

COBALAH MENJADI PEJALAN KAKI. Sepeda memang kendaraan mayoritas yang digunakan perantau di Pare. Ngmong-ngomong soal kendaraan, ada satu hal yang kurang saya sukai disana yaitu penduduk setempat kurang bisa mengontrol laju kendaraan padahal jalanan padat dan banyak penyepeda. Oh, ya, kesempatan kedua ini saya manfaatkan dengan menjadi pejuang jalan kaki karena saya pikir jarak Logico-Elfast hanya 500 meter dan sepeda diperlukan sesekali saja, itu pun bisa pinjam teman. Tapi karena saya dua kali pergi-pulang, jadilah saya menempuh 2 km setiap harinya. Hal kurang lazim ini ternyata berimbas baik ke tubuh saya yang terasa lebih sehat, ringan, dan sepulang dari Pare, mereka bilang saya terlihat kurusan. Senang? Senang! Olahraga tanpa paksaan. Tenang, saya tidak jalan kaki sendiri, ada dua orang teman satu kamar yang memilih jalan kaki. Mungkin kalau sendiri, saya tetap memilih naik sepeda.

Kehidupan camp itu banyak suka-dukanya yang akan jadi kenangan unik setelah kembali ke rumah. Kami punya leader camp yang diplih dengan cara paling asal-asalan tapi ternyata pilihan kami tidak salah. Dia adalah gadis lucu, unik dari Pulau Sumbawa yang kalau ngomong ceplas ceplos sehingga sering dijadikan "alat" tanpa ada maksud memanfaatkan. Tap berkat kekonyolannya, satu kelas menjadi riuh dengan gelak canda.

Satu pengalaman unik terkahir di camp yaitu membersihkan camp yang kebanjiran akibat ulah tukang renovasi yang tidak bertanggung jawab. Alhasil, kami yang tinggal beberapa orang mengeluarkan air supaya tidak masuk ke kamar-kamar sampai hujan reda. Memang sempat mengecewakan tapi kami tetap bahagia.

Oh, ya, asal kamu tahu Pare adalah meeting point berbagai tujuan wisata karena harga paket tour dari pare terbilang murah, sebut saja tiket ke Bromo hanya 150K, Kawah Ijen hanya 160-170K, Gunung Kelud-makan Soekarno dan Museum-pantai di daerah Blitar hanya 100K. Mereka adalah 3 tempat wisata ikonik yang wajib kamu kunjungi ketika berada di Pare. Nanti akan saya ceritakan tentang Bromo dan Kelud, tapi Kawah Ijen belum bisa banyak saya ulas karena belum sempat kesana. Satu hal yang menjadi daya tarik Kawah Ijen adalah Blue Fire, salah satu dari 3 di dunia. Hanya saja, Blue Fire tidak bisa terlihat ketika mendung atau berkabut tebal.

Nah, Pare adalah surga bagi para penakhluk mimpi, manusia-manusia yang tidak pernah putus asa akan harapan-harapannya. Jadi, desa kecil ini cocok sekali untuk mengisi ulang semangat hidupmu. Oh, ya, ada banyak tempat kursus disana, tidak hanya bahasa Inggris, ada juga bahasa mandarin, jerman, dan arab. Sebelum memutuskan pergi ke sana, carilah informasi tentang lembaga kursus yang terpercaya dan sesuai dengan kebutuhan belajarmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun