Mohon tunggu...
Untoro Gendis
Untoro Gendis Mohon Tunggu... -

lulusan pesantren ratu kalinyamat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pendukung “KPK” Tidak Jelas? Memang Lidah Tak Bertulang

4 Februari 2015   16:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:50 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah penyakit kronis yang melanda oknum oknum KPK dan pendukungnya. Maunya menang sendiri, semena mena, sombong, hukum diterjemahkan sesuai keinginanya. Mereka tidak mendukung KPK tapi mendukung oknum yang tercela dan sudah ditetapkan tersangka oleh Polri.Oknum oknum KPK lebih fokus memenuhi nafsu untuk kuasa dan kepuasan nafsu pribadi dan seolah olah sedang memberantas korupsi. Psikopat tingkat tinggi!!!

Ambil contoh, penetapan Hadi Purnomo mantan ketua BPK. Betapa kejamnya menetapkan seorang pejabat di hari pensiun dan ulang tahunya dan setelah itu kasusnya dibiarkan begitu saja. Apa yang ada diotak orang orang KPK ini? Usut punya usut ternyata ada dendam kesumat yang melatarbelakangi.

Ketua umum LIRA M Jusuf Rizal, mendapatkan data bahwa KPK telah mengucurkan uang 30 milyar ke sejumlah LSM pendukungnya. Konon data itu dibocorkan oleh Hadi Purnomo ketua BPK yang tidak berani memasukan aliran dana tersebut kedalam audit BPK. Akibatnya Hadi Purnomo ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK dihari yang seharusnya indah dalam akhir pengabdianya kepada bangsa dan negara.

Mantan penyidik KPK Kompol Hendy Kurniawan, Selasa, 27 November 2012, menjelaskan bahwa Abraham sering mengabaikan prosedur. Seperti saat penetapan Miranda Swaray Goeltom dalam kasus suap cek pelawat Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia 2004 dan Angelina Patricia Pingkan Sondakh dalam kasus suap pembahasan anggaran pendidikan di DPR pada 2011.

"Saat itu Samad tidak melalui mekanisme SOP. Penyidik dan jaksa berkeyakinan tak ada alat bukti dalam kasus Miranda. Dan kami sudah tuangkan itu dengan notulen. Saat gelar perkara memang tidak ada alat bukti, tetapi Samad serta-merta mengumumkan kepada publik bahwa Miranda tersangka.

Masih menurut Hendi, dalam kasus Angie, Abraham mengumumkannya sebagai tersangka tanpa ada surat perintah penyidikan. “Penetapan Angie dan Miranda langsung instruksi dari Abraham Samad dengan berkata, 'Saya ini jenderal. Saya yang bertanggung jawab, kamu tinggal laksanakan’,”

Penangkapan Bupati Buol Amran Batalipu, ditangkap ketika sedang tidur bersama istrinya. Petugas KPK masuk kamar dengan cara paksa kemudian menyeret Bupati yang sedang tidur. Istrinya menjerit dan teriak teriak histeris namun para petugas KPK bagaikan malaikat pencabut nyawa, tidak menghormati sama sekali hak hak kemanusiaan. (ada videonya).

Semua kejahatan dan kekejaman yang dilakukan KPK diamini oleh pendukungnya. Sorak sorai merayakan kemenangan. Berantas korupsi, gantung koruptor, tak ada HAM untuk Koruptor. Memang KPK selalu menang, karena Undang Undang yang melindunginya.

Lalu bagaimana Ketika BW ditangkap polisi? Para pendukung BW teriak, BW di kriminalisasi, pengkapan BW sebagai pelanggaran HAM. Bagaimana ketika foto nakal Abraham Samad bersama perempuan perempuan cantik beredar? Dan bagaimana ketika PDIP membuka syahwat Samad menjadi Cawapres? Para pendukung Samad mengatakan “semua itu rekayasa untuk membunuh karakter Samad, atau wajar laki laki suka perempuan! Dan keinginan menjadi cawapres itu normal!

Lalu mengapa LHI dan Ahmad Fatonah kalian cemooh dengan para wanitanya yang dinikahi secara sah? Mengapa Anas Urbaningrum dihukum oleh KPK karena menurut Nazarudin bercita cita jadi Presiden dan kalian mengamini?

Nah sekarang Nursyahbani KS, pengacara Bambang Widjojanto teriak teriak, pasal tersangkanya BW berubah ubah dan tidak jelas? Dulu anda kemana ketikakesewenang wenangan dan kedzaliman dilakukan oleh KPK? jika anda benar benar ingin sebuah keadilan, anda harus kritis juga terhadap penetapan tersangka KPK kepada Budi Gunawan? Saya hanya mengingatkan awas pengacara jangan pakai kesaksian palsu lagi. Nanti makin tidak jelas.

Saya pernah berkunjung dan berdiskusi dengan Prof. Dr. Jimly Assidiqie, beliau mengatakan bahwa tugas penegak hukum adalah menemukan dan menghukum orang jahat, bukan menemukan dan menghukum orang salah, apalagi mencari cari kesalahan. Mencari kesalahan orang tidak sulit, karena setiap orang pasti punya salah.Jika penegakan hukum mencari kesalahan orang maka sampai kapanpun hukum tidak akan tegak dan sia sia. Maka penegak hukum harus cerdas memilah mana orang jahat dan mana orang yang melakukan kesalahan.

Sorang nenek yang mengambil singkongtiga buah untuk bertahan hidup bukanlah orang jahat. Justru lingkungan sekitarnya dan pemerintahlah yang jahat karena membiarkan orang renta kelaparan. Undang undangDasar jelas mengatakan Negara melindungi setiap warga negara termasukhak untuk hidup layak.

Orang jahat (koruptor) misalnya, adalah orang yang merencanakan korupsi dalam jumlah besar, melibatkan jaringan pemerintah, swasta, penegak hukum dan jaringan lainya ini yang harus ditangkap dan dihukum berat. Namun jaringan kerah putih biasanya sangat sakti dan bahkan tidak tersentuh hukum. Saya teringat lontaran Prof. Denny Indrayana yang mengatkan bahwa ada tiga naga sarang korupsi yaitu istana, angkatan bersenjata dan konglomerat hitam.

Namun begitu dia diangkat jadi staf khusus presiden SBY , dia berbalik memuji muji istana apalagi setelah diangkat jadi WamenKumHam. Denny harus “jalan jongkok sebagai abdi dalem”. Denny menjadi juru bicara dan advokad Ibas sambil menjadi MenkumHam.

Sekarang Denny teriak teriak, membela membabi buta abraham samad dan BW. Denny berusaha mengalihkan isue menjadi “ KPK VS BW”. Denny bicara “Level BG jauh dibawah BW”. Denny juga mengatakan BG memakai jurus mabuk.Saya jadi mempertanyakan keprofesoran Denny, kok mirip orang jalanan? Profesor tidak jelas.

Saya tidak mungkin menyebut satu persatu pendukung oknum oknum KPK, tapi dua dedengkot ini saya kira cukup mewakili. Jika demikian kualitas para pendukung oknum KPK maka tidak salah jika Menkopolhukam mengatakan “ pendukung KPK orang orang tidak jelas” . Memang lidah tak bertulang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun