Mohon tunggu...
Untari Seati
Untari Seati Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangia biasa karena alasan seorang anak aku belajar menjadi ibu yang luar biasa

Selalu bertumbuh dengan belajar dari sang guru kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Habibah... Oh Habibah....

25 September 2014   23:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:31 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi dengan riuhmya debu yang bertebaran di kawasan pantai utara karawang.. langkahku masih terseok, dan airmataku belum kuseka kala ku berpapasan dengan pak Fandi, seulas senyumnya mampu memberiku semangat... pelajaran OR di jam pertama yang membuatku tak sadarkan diri... saat mataku terbuka aku sudah berada di Puskesmas Batujaya... pak fandi ada didekatku menatap penuh haru... sampai akhirnya bu lestari memanggilku di ruang BP.. tutur lembutnya membuatku menangis pilu meratapi nasibku, di usiaku yang baru 13 tahun kehidupan pahit harus kutelan... tak mampu aku berkata-kata dengan kondisi kehamilanku ini, ruang hening hanya isak tangisku yang terdengar lirih... ujung kerudung ku kuremas dan kupelintir berkali kali.

Bu lestari siang ini mengajakku ke Lippo cikarang, jalan makan dan nonton bioskop film Laskar pelangi... haru aku dengan penokohan film ini. sampai akhirnya aku mengakui semua pada bu Lestari... maaf bu saya tak pernah menginginkan kehamilan ini, sosok santun ini tak pernah menyalahkanku, menyudutkanku apa lagi menghakimiku  ... emak saya berjualan "telor asin" dengan harga special bu, dua ratus ribu  perbutir, kalo ibu tak percaya silahkan liat setiap kali ibu lewat emak saya akan memajang telor asin didepan rumah yang jumlahnya hanya beberapa yang mampir kerumah kami biasanya sopir, orang proyek atau cukong yang melewati jalan alternatif cikarang tanjung-priok yang sekarang dalam proses pembuatan... dengan setia ibu lestari mendengarkan ceritaku... ibu tau kan telor asin yang di maksud itu saya bu dan jumlah yang di pajang itu adalah waktu yang disediakan langganan kami untuk bisa menikmati tubuh saya, alisnya mengeryit menunggu ceritaku selanjutnya... dua ratus ribu perjam bu saya dijual pada sopir jalanan, keperawanan saya dijual pada cukong dengan harga empat juta semalam.. dengan haru dia memegang tanganku memberi kekuatan, air mataku berderai...kala usiaku waktu itu baru 12 tahun...

Mulai kulihat airmata disudut mata bu lestari... perempuan anggun yang punya hati selembut awan, bidadari yang yang memberiku kekuatan. setiap mata pelajaran sejarah yang di bawanya selalu membuatku mengikuti penuh semangat, ketika jam terakhir sudah usai... ketakutan kembali menghantui... pulang kerumah disiang yang panas membakar kepala ini, aku harus melayani tamuku... huff... setibanya aku didepan rumah, owh itu mah lebih pantas di sebut lapak yang sengaja dibuat emak sejak banyak orang proyek yang kerja tak jauh dari tempat ini.. lelah kembali merajai.. seorang pria tambun tengah ngobrol dengan emak tawanya berderai-derai...

Kembali seperti ini berkali kali... abah hanya buruh serabutan yang bekerja bila musim tanam atau musim panen tiba.. selebihnya Abah akan banyak dirumah, emak sering marah marah dengan keadaan kami yang miskin, ke dua adik lelaki ku harus terus sekolah, abah tak mampu berbuat apa-apa dengan kemauan emak yang tiada pernah habisnya...kedaan ini yang membuat emak semakin kalap menjualku...semakin hari semakin banyak saja yang kulayani... Habibah... mengapa kau melamun neng... sapa bulestari penuh sayang... lembut sapu tangannya menyeka airmataku yang berderai berjatuhan...

Ibu... saya sudah tak tahan dengan keadaan ini.. sudah lima bulan kehamilan saya tapi emak masih tega menjualku pada para sopir dan pekerja proyek, neng,... Istigfar ya.... selalu berserah... ibu akan berusaha menolongmu... kembali aku pulang dengan langkah gontai... seorang pria dengan jaket kulit hitam dipundaknya... kaca mata hitamnya membuatku makin begidik...tapi tak kulihat emak sedari tadi... tak ada satupun yang kutemui di rumah.. selain tamu asing ini...

Aku sudah tidak peduli lagi dengan pria ini, ga jelas... main pergi-pergi...huff gerutuku, neng... suarara parau emak membuatku semakin takut, ayo neng siap2.. ya... Om hendra ini akan membooking mu selama 2 hari di ancol...dia sudah membayar semuanya... kembali aku menutup muka,... dengan kata kata emak yang mirip tawon berdengung... tapi kalo aku mengelak takut tersengat .. terpaksa kuturuti kemauan emak lagi...

Tak tau aku mesti sedih ataukah bahagia dengan kepergianku ini... bu lestari ternyata yang mengirimkan om Hendra untuk menolongku... kini aku berada di LSM yang memberi suport mental dan spiritual , perhatiannya yang begitu besar membuatku tak kehilangan sosok seorang ibu... bu lestari dan pak fandi selalu memberiku motivasi tak sebatas rasa kasian tak hanya sebatas kata respek yang membuatku makin mengerti masih ada orang baik didunia ini... saat kandunganku dengan terpaksa harus di aborsi karena tak berkembang... aku pasrah... aku hanya memiliki Tuhan yang menuntunku menuju JalanNya..

Setahun berlalu aku sebentar lagi akan masuk SMU di Jakarta, banyak hal kupelajari selama aku mengikuti pembinaan di panti.. online shop dan berbagai hasil  kerajinan tangan mampu menopang kehidupanku dan bahkan aku mampu mengirim uang buat abah untuk keperluan sekolah adik adik.

Terimaksih bu lestari engkau telah membuka kunci masa depanku dengan berani kau melepas belenggu hidup untuk menggapai mimpiku...

*Seperti di ungkapkan "Habibah" seorang korban trafiking, sungguh miris dengan kehidupan anak-anak bangsa yang di jajah oleh ego orang tuanya sendiri....

Belenggu hidup kadang diciptakan oleh orang -orang terdekat, seorang anak harus hidup dalam katakutan moralnya di rusak dengan paksa, masa depannya terkoyak...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun